[VIDEO] Rupiah Bisa Jadi Menembus Level 11.000 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah dalam beberapa hari terakhir. Rupiah yang sebelumnya banyak bergerak di level 10.300 per dolar AS, akhirnya perlahan-lahan mulai makin terpuruk ke posisi lebih rendah.

Pelemahan rupiah bermula ketika Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI rate di level 6,5%. Keputusan ini langsung ditanggapi negatif oleh para pemburu dolar sehingga mengerek rupiah ke level 10.400 per dolar AS.

Tak berhenti disitu, laju rupiah semakin tertekan setelah munculnya data terbaru dari BI. Kali ini bank sentral di tanah air itu mengumumkan kondisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan transaksi berjalan (current account) yang masih mengalami defisit. Bahkan neraca current account Indonesia makin meningkat dari sebelumnya 2,6% dari PDB menjadi 4,4%. Hal ini tentu saja membuat pelaku pasar khawatir dengan kondisi eknomi Indonesia.

"Kalau lihat fundamentalnya masih seperti ini, tak realistis juga berharap rupiah bertahan di 10.000 dan pelan pelan sepertinya investor sudah mulai bisa menerima rupiah mulai melemah," kata Senior Investment Analyst PT Syailendra Capital, Lanang Trihardian dalam wawancaranya dengan Liputan6.com.

Lanang menilai, secara umum, investor bahkan sudah membuat ekspektasi bahwa nilai tukar rupiah memang akan terus mengalami pelemahan. Meski demikian, investor diimbau tak terlalu berlebihan dengan pelemahan yang terjadi pada rupiah mengingat BI sudah mengomunikasikan tentang kemungkinan tersebut.

"BI sendri sudah bilang kalau mereka akan mentoleransi penurunan rupiah yang lebih besar asalkan fluktuasinya tidak terlalu signifikan. Mereka akan menjaga fluktuasinya tetap terjaga," ujar Lanang.

Dengan perkembangan kondisi makro yang ada, mungkinkah rupiah yang sudah menembus level 10.500 per dolar AS akan kembali melemah lebih dalam? Akankah rupiah ambruk ke level 11.000 per dolar AS?

Berikut video wawancara Liputan6.com dengan Lanang Trihardian terkait prospek nilai tukar rupiah ke depan?