Sukses

Pemodal Asing Kabur, Bursa Saham Mesir Tekor Rp 10 Triliun

Bursa saham Mesir hanya dibuka tiga jam menyusul keputusan Bank Snetral Mesir yang menutup operasi lebih cepat.

Aktivitas jual beli di bursa saham Mesir tercatat melemah menyusul ketakutan yang dipicu kerusuhan politik. Peristiwa tersebut menyeret indeks harga saham ke level terendah sejak pertengahan Juni. Aksi jual investor asing menyeret pasar saham Mesir menderita kerugian hingga US$ 1 miliar (Rp 10,7 triliun).

Seperti dilansir dari aawsat.net, Selasa (20/8/2013), indeks EGX30 merosot 3,8% ke level 5.334,55 poin, sementara indeks perusahaan skala menengah anjlok 1,85% menjadi 421,07.

Para investor asing menjual sekitar US$ 10 juta atau setara 17,73% dari total penjualan saham bursa saham Mesir. Sementara para investor dari Mesir dan Arab melakukan aksi beli sekiar US$ 9 juta, lebih banyak daripada aktivitas penjualan.

Para analis mengatakan, kemerosotan indeks harga saham tersebut disebabkan meningkatnya ketegangan politik di Mesir.

Egyptian Stock Exchange hanya melakukan aktivitas jual beli selama tiga jam di mana bursa baru dibuka sejak Kamis pekan lalu. Hal ini menyusul keputusan Bank Sentral Mesir yang juga hanya beroperasi selama tiga jam pada Minggu dan Senin.

Otoritas bursa setempat mengaku terus berhubungan dengan seluruh emiten terdaftar untuk mengawasi dampak dari peristiwa berdarah yang terjadi pekan lalu di Mesir. Pihak pengelola bursa juga akan belum berencana mengambil langkah lanjutan hingga benar-benar dibutuhkan. Hal ini guna mencegah gangguan lain di bidang ekonomi.

Sejauh ini, belum ada satu pun perusahaan terdaftar yang menderita kerugian akibat kerusuhan di dalam negaranya.

Banyak pabrik ditutup pekan lalu termasuk salah satu perusahaan terbesar yaitu manufaktur peralatan rumah tangga Swedia, Electrolux. Namun seluruh perusahaan asing di Mesir mengumumkan tak berniat untuk meninggalkan Mesir hanya karena ketegangan sementara yang tengah terjadi di sana.

Sementara itu Menteri Industri dan Perdagangan Mesir Mounir Fakhry Abdel Nour mengatakan, dia telah mengundang Federasi Umum Departemen Perdagangan Mesir untuk membahas dampak kerusuhan politik tersebut.

Tak hanya pabrik, Abdel Nour juga mengatakan, berbagai toko di Mesir telah ditutup menyusul kekhawatiran akan kerusuhan yang tengah bergejolak.

Kisruh politik di Mesir tersebut juga meningkatkan dana pinjaman pemerintah Mesir pada Minggu. Hal ini karena yield instrumen obligasi pemerintah naik untuk pertama kalinya dalam tujuh minggu terakhir akibat meningkatnya permintaan pekan lalu.

Mesir telah melelang sertifikat Bank Sentralnya senilai US$ 8,6 miliar kemarin. Setelah sebelumnya penjualan kupon obligasi bertenor tiga bulan meningkatkan 18 basis poin indeks harga saham menjadi 11,44% pada pekan lalu. (Sis/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.