Sukses

Harga Gula Rafinasi Diprediksi Naik 30% jika Rupiah Terus Anjlok

Industri gula rafinasi menjadi salah satu sektor yang terimbas cukup besar jika pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang berlangsung lama.

Industri gula rafinasi menjadi salah satu sektor yang terimbas cukup besar jika pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang berlangsung lama.

Maklum, industri gula masih banyak mensuplai bahan baku gula mentah (raw sugar) dari luar negeri pembeliannya memakai dolar.

Hal ini bukan tidak mungkin ikut berpengaruh terhadap industri makanan dan minuman. Sebab gula rafinasi merupakan salah satu bahan baku industri makanan dan minuman.

"Gula ini kan bahan baku untuk industri yang berbasis makanan dan minuman, jadi bisa saja mempengaruhi. Kalau impor raw sugar berpengaruh pasti, karena masih ada yang impor, sehingga biaya produksinya nanti juga naik," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (APEGTI) M Natsir Mansyur saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (21/8/2013).

Natsir mengatakan, kenaikan harga gula yang bisa terjadi bila rupiah tidak menguat berkisar 20% hingga 30% dari harga saat ini.

Namun dia memastikan kenaikan harga tersebut tidak terjadi dalam waktu dekat, mengingat pelemahan ini baru terjadi sekitar 1-2 bulan lalu.

"Dampaknya tidak sekarang, tetapi 1-3 bulan mendatang baru terasa terhadap harga jual. Ini yang dikhawatirkan nantinya kan malah memberatkan konsumen, jadi dampaknya tidak langsung terasa," tutur dia.

Natsir juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap ketidakstabilan harga produk bahan kebutuhan pokok dari industri dalam negeri. Indonesia dinilai rentan akan biaya produksi yang tinggi, sehingga mempengaruhi harga dari produk-produk tersebut. (Dny/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.