Sukses

[VIDEO] Anak Muda Indonesia Ogah Jadi Petani Karena Takut Miskin

Wamentan Rusman Heriawan mengaku dalam sejumlah pertemuan internasional dirinya kerap kali ditanyakan kenapa anak muda RI ogah jadi petani.

Saat ini 40 juta warga Indonesia berprofesi sebagai petani. Namun sayangnya para petani itu sudah tak muda lagi berusia sekitar 40 tahun-50 tahun. Anak muda Indonesia sekarang ogah menjadi petani.

Kenapa ya?

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengaku dalam sejumlah pertemuan internasional dirinya kerap kali ditanyakan kenapa anak muda di Indonesia tak mau menjadi petani.

"Profesi petani hanya dipilih sebagai solusi terakhir daripada tidak dapat kerja. Anak petani tidak mau jadi petani, karena dia berpikir kalau jadi petani saya harus siap miskin," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Kantor Kementan, Jakarta, seperti ditulis Kamis (5/9/2013).

Faktor lain yang menyebabkan anak muda malas menjadi petani yaitu penampilan petani yang identik lusuh dan kotor.

"Petani itu lusuh, pakai singlet bolong-bolong, pakai kolor.  Gadis desa mana ada yang mau," ungkapnya.

Rendahnya minat anak muda untuk menjadi petani, menurut Rusman, tak hanya terjadi di Indonesia tapi juga Malaysia dan Jepang.

"Di Malaysia dan Jepang itu juga menghadapi aging people di pertanian, jadi yang ada petani itu orang tua berusaha 40-50 tahun, padahal usia produktif itu 25 tahun. Nanti kalau petani sekarang sudah pensiun, tidak ada penerusnya," papar dia.

Hal ini tentu saja mengkhawatirkan. Pasalnya jika tidak ada generasi penerus, maka siapa yang akan mengelola lahan pertanian ke depan.

Untuk itu, Kementerian Pertanian menggelar program yang bertujuan mendorong anak muda untuk menjadi petani.
 
Langkah pertama yang diambil yaitu mempercepat mekanisasi pertanian. Selama ini, petani itu identik dengan profesi yang berlumpur, mencangkul sawah, serta membajak sawah dengan kerbau.

"Sekarang ini kan sudah modern, zamannya mekanisasi. Kan keren juga anak muda jadi petani terus kaya kerja di bengkel. Membajak pakai traktor, lalu memanen pakai combine harvester, jadi jreng. Apalagi kalau dia punya pendidikan memadai yaitu STM, jadi pas," ungkap dia.

Hal kedua yang perlu dibenahi yaitu masalah agribisnisnya. Setelah pengelolaan pertanian menjadi lebih modern, maka aktivitas bertani menjadi lebih cepat.

"Selama ini kan tugas Kementerian Pertanian dalam padnangan sempit cuma bagaimana bisa memproduksi tapi tidak sampai jualan. Kenapa tidak? kalau kita kemas dalam model agribisnis jadi mulai hulu sampai hilir, dari on farm sampai off farm harus integrated," terang mantan Kepala BPS ini.

Dengan begitu, petani bisa lebih terjamin dalam menjual produk yang dihasilkannya. Hal ini juga bisa membantu petani mendapatkan harga yang lebih bagus.

"Kadang-kadang yang bikin petani hadapi posisi tawar yang lemah. Panen, dia punya banyak barang lalu harganya dimainkan," ujar Rusman.

Soal tampilan,  Rusman menilai juga harus diubah seperti petani Jepang yang rapi dan bersih. Dengan mengubah penampilan petani, nanti anak muda Indonesia menjadi lebih tertarik.

"Kalau dengan traktor, baju bengkel, kan jadi lebih pede. Bohong kalau orang tak tertarik pertanian. Buktinya banyak investor besar yang masuk ke Indonesia. Ada perusahaan multinasional yang basisnya pertanian," lata Rusman. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini