Sukses

Gaet Swasta Garap 40 Lapangan Migas, Karen:Pertamina EP Tak Mampu

Kerja sama operasi (KSO) 40 lapangan migas milik Pertamina dilakukan karena anak usahanya PT Pertamina EP, tidak mampu mengelola lapang itu.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan mengakui kerja sama operasi (KSO) 40 lapangan migas milik perseroan dilakukan karena anak usahanya PT Pertamina EP, tidak mampu untuk mengelola lapangan itu.

"Pertamina EP tidak mampu karena sebenarnya proyek itu tapi hasilnya tidak bagus, makanya di KSO-kan," kata Karen di SPBU COCO Daan Mogot, Jakarta, Kamis (5/9/2013).

Menurut Karen, penunjukkan mitra kerja sama tersebut dilakukan melalui beauty contest yang diikuti berbagai perusahaan. "Sekarang sudah ada penandatanganannya, itu sudah lama sekali," terang Karen.

Sementara itu dihubungi terpisah, Manajer Humas Pertamina EP, Agus Amperianto, skema kerjasama operasi diambil untuk tingkatkan perolehan produksi di lapangan-lapangan perseroan. Biasanya lapangan yang di kerjasamakan adalah lapangan-lapangan yang bukan menjadi proyek utama perseroan.

"Kalau lapangan KSO itu biasanya di lapangan yang second priority. Lapangan itu dikerjasamakan karena banyak lapangan yang tersebar," ungkap dia.

Sekadar informasi,  Pertamina dikabarkan menyerahkan pengoperasian 40 lapangan migas yang saat digarap anak usahanya PT Pertamina EP melalui skema KSO dengan perusahaan swasta nasional, Geo Cepu Coorporation (GCC) dan Geo Coorporation Limited (GCL), perusahaan asal China.

"Ada keputusan dari Direktur Hulu Pertamina M Husein yang akan KSO 40 lapangan antara Pertamina EP dengan Geo Cepu Coorporation (GCC) & Geo Coorporation Limited (GCL)," ungkap Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), Ugan Gandar.

Skema KSO, menurut Ugan, sebenarnya merupakan hal yang lumrah dan tidak haram dalam kegiatan operasi migas.  Namun kalau yang dikerjasamakan operasinya itu adalah lapangan-lapangan andalan Pertamina untuk mencapai target produksi, tentu saja hal ini sangat mengkhawatirkan.

"Kalau itu bukan lapangan backbone (tulang punggung) Pertamina itu tidak masalah. Tapi ini kan lapangannya kami garap sehari-hari, oleh pegawai Pertamina sudah dinaikkan produksinya, eh malah mau di KSO-kan ke perusahaan swasta," terang dia.

Ugan juga menilai hal ini juga bertolak belakang dengan strategi Pertamina ke depan yang ingin meningkatkan produksi dengan mengambil alih lapangan-lapangan yang dioperasikan perusahaan migas asing.

"Di satu sisi Pertamina ingin ambil alih Blok Mahakam dan Siak dari Total dan Chevron, tapi kenapa lapangan yang ada malah diserahkan ke pihak ketiga," jelas dia. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini