Sukses

Jutaan Petani `Lenyap`, Hasil Produksi Pertanian Naik

Turunnya jumlah petani di Tanah Air nampaknya tidak berdampak negatif terhadap hasil produksi pertanian.

Penurunan rata-rata jumlah rumah tangga (RT) petani sebesar 1,75% per tahun ternyata diiringi dengan sejumlah hal positif terkait produksi hasil pertanian serta kontribusi sektor tersebut terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melansir hasil sementara Sensus Pertanian (ST) 2013 basis RT yang bergerak di bidang usaha pertanian sejak tahun 2003 sampai 2013 mengalami penurunan 5,04 juta RT menjadi 26,13 juta RT dari 31,17 juta RT.

Kepala BPS Suryamin mengatakan, di samping susutnya basis petani di tanah air, ada empat hal positif yang menguntungkan bagi sektor pertanian.

"Pertama, produksi padi naik dari 52,14 juta ton pada 2003 menjadi 69,27 juta ton di tahun ini. Angka ini bertumbuh 3,29% per tahun," ucapnya saat Peningkatan Wawasan Statistik Pertanian di Bogor, Sabtu (7/9/2013).

Hal positif kedua, sambungnya, produksi jagung meningkat 7,16% per tahun dari tahun 2003 sebesar 10,89 juta ton jagung menjadi 18,84 juta ton pada 2013.

Produksi kedelai sepanjang tahun ini pun, menurut Suryamin, diperkirakan akan terkerek naik 0,47% menjadi 847,16 ribu ton biji kering dibanding produksi kedelai 2012 sebesar 843,02 ribu ton biji kering.

"Biarpun jumlah petani turun dan bergeser ke sektor lain, tapi produktivitas petani dan yield per hektar meningkat," kata dia.

Sementara itu, Suryamin menambahkan, share pertanian dalam PDB (harga berlaku) mengalami kenaikan dari 14,30% di periode 2004 menjadi 15,04% pada tahun ini (walapun berfluktuasi).

"Kenaikan tersebut dibarengi dengan susutnya persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanuan menjadi 39,96 juta orang atau 35,05% dibanding realisasi sebelumnya di 2004 sebanyak 40,61 juta orang (43,33%). Hal positif ke empat ini menunjukkan bahwa produktivitas di sektor pertanian mengalami peningkatan," jelas dia.

Berdasarkan hasil pencacahan lengkap ST tahun ini, komposisi jumlah rumah tangga usaha pertanian di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa selama 10 tahun terakhir banyak mengalami perubahan.

Pada ST 2003, RT usaha pertanian yang berada di Pulau Jawa mencapai porsi 57,48% dan 45,52% sisanya di luar Pulau Jawa. Namun pada tahun ini, komposisi RT usaha pertanian di Pulau Jawa merosot menjadi 51,38% dan di luar Pulau Jawa meningkat menjadi 48,62%.

"Penurunan terbesar di tempati daerah Jawa Tengah sebanyak 1,47 juta RT dan terendah sebesar 3,5 ribu RT di Bengkulu," ujarnya.

Peningkatan jumlah RT usaha pertanian di Maluku Utara mencapai 1.000 RT dan tertinggi di Papua sebesar 158,1 ribu rumah tangga. (Fik/Ndw)

 Baca juga: 

[VIDEO] Masihkah Indonesia Disebut Negara Agraris?

[VIDEO] Anak Muda Indonesia Ogah Jadi Petani Karena Takut Miskin

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini