Sukses

Henry Heinz `si Saus ABC`, Bangkit Berkat Istri Hebat

Henry John Heinz si pemilik merek makanan ABC pernah bangkrut tapi ia bisa bangkit karena punya istri yang kuat.

Heinz ABC, para penggemar saus dan kecap di Indonesia pasti sering menemuinya di label botol ABC. Heinz ABC sendiri merupakan anak usaha dari Heinz Company yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Ia pernah bangkrut, tapi untung saja ia punya istri kuat yang mendorongnya bangkit lagi.

Nama perusahaan tersebut diambil dari nama pendirinya  Henry John Heinz. Meski sukses dengan produk makanan kemasannya, Heinz pernah bangkrut justru karena terlalu banyak memiliki pasokan. Selain itu hama yang menyerang perkebunannya pun turut memaksa ditutupnya perusahaan Heinz.

Namun pria yang sudah menunjukkan bakat bisnisnya sejak usia 8 tahun ini berhasil bangkit dengan cepat. Dia bersama kedua saudaranya membangun perusahaan makanan di tahun yang sama dengan saat kebangkrutannya.

Heinz yang sejak kecil gemar berkebun terkenal bersih dalam mengolah dan mengemas produknya. Dia pun selalu jujur dalam berbisnis. Bagaimana kisah Heinz membangun bisnisnya?

Heinz kecil gemar berkebun

Henry John Heinz lahir di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) pada 11 Oktober 1844. Orang tuanya, John Henry Heinz dan Anna Margaretha memiliki 8 orang anak. John, sang ayah menjalankan bisnis manufaktur batu bata.

Kedua orangtuanya merupakan imigran dari Jerman. Pada 1850, saat itu Heinz baru berusia enam tahun, keluarganya pindah ke Sharpsburg. John juga memindahkan bisnisnya ke kota tersebut. Rumah Heinz di Sharpsburg sangat nyaman serta memiliki halaman yang subur dan cukup luas.

Di sanalah Heinz mulai menunjukkan kegemaran berkebunnya. Heinz sering membantu ibunya berkebun di halaman belakang rumahnya. Tak lama dia mulai menanam berbagai tanaman dan memelihara serta merawatnya sendiri.

Hasil berkebunnya sangat memuaskan,  berbagai sayuran segar dipanennya dari lahan belakang rumahnya tersebut. Kualitas sayurannya yang baik membuat dia percaya diri untuk menjualnya.

Di usia delapan tahun, dia mulai menjual hasil panennya ke sejumlah tetangga di sekitar rumah. Dia mengetuk pintu rumah tetangganya satu demi satu. Di usia sembilan tahun, Heinz mulai menggiling lobak, mengemasnya dalam botol dan menjual saus lobak dengan mereknya sendiri.

Jadi pemasok sayuran di umur 12 tahun

Dia kadang membantu ayahnya membuat batu bata. Dari sana dia melihat banyak lahan yang bisa digunakannya untuk berkebun. Di usia 10 tahun, kedua orangtuanya menghadiahi Heinz kebun seluas 3.000 meter persegi (m2) dan difasilitasi gerobak untuk mengangkut seluruh sayurannya.

Minatnya terhadap bisnis sayuran memang bukan main-main. Pada usia 12 tahun, dia mulai berani menjualnya pada sejumlah grosir sayuran. Tak hanya itu, lahan perkebunan garapannya pun semakin luas sekitar 14 ribu m2.

Lalu dengan menggunakan sebuah kereta kuda dia  mengantarkan sayurannya tiga kali seminggu ke beberapa grosir sayuran di Pittsburgh. Dia memiliki banyak pelanggan karena jujur dan selalu menyediakan berbagai produk berkualitas.

Dengan dorongan dari ayahnya, dia terus mengembangkan bisnis tersebut hingga akhirnya saat berusia 17 tahun, Heinz sudah mampu mencetak pendapatan sebesar US$ 2.400 (Rp 27,1 juta) per tahun. Angka tersebut merupakan jumlah yang sangat besar di jamannya.

Kecewakan sang ayah

Dengan keberhasilan penjualannya dia menunjukkan kemampuan bisnis yang luar biasa pada kedua orangtuanya. Heinz yang masih remaja sukses dengan bisnis kecilnya dan orangtuanya menaruh harapan besar padanya. Keduanya sangat berharap Heinz bisa bekerja di kementrian saat dewasa.

John dan Anna yang sangat religius awalnya ingin mengirim Heinz ke sekolah teologi untuk mendalami ilmu agama di sana. Namun kemampuan bisnis Heinz membuat kedua orangtuanya berubah pikiran dan mengirimnya ke sekolah bisnis Harvard Business School pada 1963 setelah belajar selama satu tahun di Yale University.

Di Harvard, dia belajar sangat keras dan ingin menjadi tulang punggung keluarga. Dia menunjukkan keahliannya di bidang akuntansi perdagangan. Dengan kemampuannya, Heinz mantap akan bergabung dengan bisnis kecil milik sang ayah.

Dia lalu bekerja menjadi asisten di kantor ayahnya. Di sana dia memperkenalkan berbagai metode baru agar ayahnya masih bisa memproduksi batu bata di musim dingin sama seperti ketika musim panas.

Ayahnya yang merasa sangat bangga dan senang langsung menawarkan kerjasama pada Heinz. Hal itu juga ditunjukkan sebagai bentuk apresiasi pada kejeniusan anaknya dalam berbisnis.

Namun Henry merasa sejumlah peluang dari bisnis ayahnya tak sejalan dengan mimpinya. Dia pun memutuskan untuk berhenti dan membangun bisnis sendiri.

Bangun perusahaan umur 25 tahun dan bangkrut

Dia kembali ingat akan mimpinya untuk membangun pasar yang lebih luas bagi produk sayurannya. Gagasan ini lalu direalisasikannya pada 1869, saat Heinz bersama temannya L. Clarence Noble mendirikan perusahaan kecil bernama Heinz & Noble Company.

Bisnis kecil tersebut dibangun di sebuah ruangan di mana Heinz dan Noble mengemas berbagai sayurannya. Dia paham benar makna fokus dalam berbisnis. Maka dia hanya berkonsentrasi pada lobak di awal produksinya.

Seluruh bahan baku diambil dari kebun keluarganya lalu diolah dan dikemas menjadi produk baru. Seluruh produk olahannya dijual dalam botol. Bisnisnya berkembang pesat dan dia menggunakan gerobak untuk membantunya mendistribusikan seluruh produk bisnisnya.

Setelah labanya kian menjanjikan dia mulai memproduksi jenis pangan yang baru seperti  asinan kubis, cuka, bahkan selai. Dia memiliki empat bangunan produksi setelah beberapa tahun menjalankan bisnisnya.

Sayangnya, pada 1875, pembelian timun dan lobak yang berlebihan, dan serangan hama yang dideritanya membuat dia tak bisa bertahan dari tumpukan utang yang kian menggunung. Setelah menuai sukses, Heinz pun harus menelan pahitnya kebangkrutan. Heinz & Noble Company pun ditutup.

Terkenal karena kebersihan produknya

Dia berjanji akan membayar seluruh utangnya dan bangkit dari kebangkrutan. Tak butuh waktu lama untuk bangkit, di tahun yang sama dia kembali membuka bisnis baru.

Kali ini dia melakukannya bersama kakak dan sepupunya, John dan Frederick. Ketiganya meluncurkan perusahaan baru F. & J. Heinz Company. Dia masih yakin akan gagasannya tentang produk makanan kemasan dan berkualitas.

Bisnisnya berjalan dengan baik hingga pada 1.888, Heinz memutuskan untuk membeli perusahaan tersebut untuk dimiliki sendiri. Perusahaan barunya bernama Heinz Company menjadikan saus tomat sebagai produk unggulan. Dia memiliki bumbu rahasia berkualitas tinggi untuk memproduksinya.

Modalnya adalah menjaga kebersihan fasilitas pengolahan dan pengemasan. Demi membuktikannya dia bahkan tak segan mengundang masyarakat umum datang ke pabriknya untuk menyaksikan langsung produksinya. Dia juga terkenal sangat ramah dan sangat memperhatikan para karyawannya.

Hingga saat ini produknya sudah tersebar di seluruh dunia. Tentu saja dengan produk andalannya, saus tomat.

Bisnis Heinz lahirkan perusahaan makanan raksasa

Heinz sangat yakin bahwa dunia adalah pasar yang tepat untuk seluruh produknya. Begitulah akhirnya Heinz Company dan seluruh produknya terkenal di seluruh dunia. Kesuksesannya tersebut didominasi kemampuan Heinz yang luar biasa dalam memasarkan produknya sebagai produk paling unggul.

Heinz Company hingga saat ini dikenal sebagai salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia. Bahkan Heinz Company memiliki banyak anak usaha di luar negeri.

Heinz Company juga membuka anak usahanya di Indonesia yaitu Heinz ABC. Anda tentu tak asing lagi dengan kecap ABC dan sejumlah produk lainnya yang dengan mudah ditemukan di dalam negeri.

Heinz ABC adalah salah satu anak perusahaan Heinz yang terbesar di Asia. Sementara ABC adalah salah satu dari 15 merek unggulan Heinz di seluruh dunia.

Saat ini industri pangan Heinz mempekerjakan lebih dari 50 ribu orang di seluruh dunia. Dengan lebih dari 100 ribu hektare digunakan untuk menghasilkan berbagai bahan pangan yang disediakannya.

Terdapat sekitar 4.000 karyawan yang bekerja di perkebunan utamanya, 16 cabang pabrik, 71 bangunan untuk memberi bumbu, 45 pusat distribusi dan 400 salesman yang tersebar di empat benua. Saat ini Heinz menyuguhkan 255 variasi produk yang berbeda.

Istri Jadi inspirasi Heinz

Heinz yang saat itu masih fokus menjalani bisnisnya bersama Noble, menikahi Sally Sloan Young pada 1869. Dia sangat bahagia dengan pernikahannya. Istrinya merupakan wanita yang anggun, religius dan inspirasi baginya.

Dari pernikahannya, pasangan bahagia tersebut memiliki empat anak, 1 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Istrinya merupakan wanita yang kuat yang membantunya bangkit dari kebangkrutan. Dia adalah wanita yang selalu memberikan dorongan besar pada Heinz saat berbisnis.

Saat meninggal pada 1919, Heinz meninggalkan banyak kenangan indah atas kebaikan dan bisnisnya. Dia bahkan terkenal sangat dermawan dan sempat membangun yayasan untuk membantu yang kurang mampu.

Dia selalu menjadi inspirasi dan teladan bagi seluruh pegawainya. Cara dia bersikap dan berbicara selalu menjadi kenangan indah bagi para karyawannya. (Sis/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.