Sukses

9 Negara yang Alami Hiperinflasi Terburuk Sepanjang Sejarah (1)

Inflasi menjadi tolak ukur kondisi perekonomian di satu negara.

Inflasi menjadi tolak ukur kondisi perekonomian di satu negara. Sebab ini menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat maupun bagaimana cara pemerintah menjaga kondisi perekonomian di negaranya.

Lalu adakah kondisi yang lebih buruk dari inflasi. Jawabannya ada. Itu dikenal dengan hiperinflasi. Ini muncul jika inflasi berjalan kian liar alias tak terkendali. Itu terjadi ketika harga-harga barang naik dengan cepat, sementaranilai uang menurun drastis.

Secara formal, hiperinflasi terjadi jika tingkat inflasi lebih dari 50% dalam satu bulan. Inflasi biasanya dilaporkan setahun sekali, namun dalam kondisi hiperinflasi, tingkat inflasi dilaporkan dalam interval yang lebih singkat, biasanya satu bulan sekali.

Hiperinflasi biasanya muncul ketika adanya peningkatan persediaan uang yang tidak diketahui atau perubahan sistem mata uang secara drastis. Hiperinflasi biasanya dikaitkan dengan perang, depresi ekonomi dan memanasnya kondisi politik atau sosial suatu negara.

Sebab itu, kondisi hiperinflasi jarang terjadi namun bukan tidak mungkin terjadi. Ekonom Steve Hanke dan Nicholas Krus dari Amerika dalam studinya pada 2012, menemukan terdapat 56 kejadian hiperinflasi yang tercatat dalam sejarah.

Namun, berikut 9 hiperinflasi terburuk sepanjang sejarah seperti melansir Businessinsider, Selasa (8/10/2013) yang terjadi di berbagai negara, yakni:

1. Hongaria

Inflasi terbesar pertama terjadi di Hongaria pada Agustus 1945 sampai Juli 1946. Tingkat inflasi harian di negara ini mencapai 207 % sehingga membuat harga berubah dua kali lipat setiap 15 jam.

Ekonomi Honggaria hancur oleh Perang Dunia II. Karena status sebagai warzone, diperkirakan 40 % dari modal saham Hungaria hancur dalam konflik.

Sebelum ini, negara ini telah berutang besar untuk memproduksi ahan bakar  untuk mendukung upaya perang Jerman, tapi Jerman tidak pernah mau utangnya dibayar dengan barang.

Ketika Hongaria menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sekutu pada 1945, ia diperintahkan untuk membayar perbaikan besar Soviet, yang menyumbang 25%-50 % dari anggaran Hungaria selama episode hiperinflasi negara ini.

Sementara itu, kebijakan moneter negara pada dasarnya dikooptasi oleh Komisi Pengawasan Sekutu.

2. Zimbabwe

Inflasi terbesar kedua terjadi di Zimbabwe pada Maret 2007 hingga November 2008. Tingkat inflasi harian negara ini mencapai 98 % membuat harga berubah dua kali lipat setiap 25 jam.

Kisah hiperinflasi Zimbabwe didahului penurunan grinding panjang dalam output ekonomi yang mengikuti reformasi tanah Robert Mugabe tahun 2000-2001.

Kondisi di mana tanah diambil alih sebagian besar dari petani kulit putih dan didistribusikan kepada penduduk mayoritas hitam. Ini menyebabkan jatuhnya 50% dalam output selama sembilan tahun berikutnya.

Reformasi sosialis dan keterlibatan mahal dalam perang sipil Kongo menyebabkan pengeluaran anggaran pemerintah defisit.

Pada saat yang sama, penduduk Zimbabwe menurun karena sebagaian besar meninggalkan negara itu. Kedua faktor yang berlawanan, di mana peningkatan pengeluaran pemerintah dan penurunan basis pajak menyebabkan pemerintah monetisasi defisit fiskal.

3. Yugoslavia

Inflasi terbesar ketiga terjadi di Yugoslavia (Republika Srpska) pada April 1992  hingga Januari 1994 dengan tingkat inflasi harian mencapai 65 %. Kondisi ini membuat harga berubah dua kali lipat setiap 34 jam.

Jatuhnya Uni Soviet menyebabkan peran internasional menurun kepada Yugoslavia, mantan pemain geopolitik utama yang menghubungkan Timur dan Barat dan partai komunis yang berkuasa, akhirnya datang di bawah tekanan yang sama seperti Soviet lakukan .

Hal ini menyebabkan pecahnya Yugoslavia menjadi beberapa negara etnis dan perang.  Dalam proses ini , perdagangan antara wilayah-wilayah bekas Yugoslavia ikut runtuh, demikian pula output industri. Pada saat yang sama, internasional melakukan embargo terhadap ekspor Yugoslavia, dan kian menghancurkan negara ini.

4. Jerman

Hiper inflasi ke empat terjadi di Weimar, Jerman pada Agustus 1922 sampai Desember 1923. Di negara ini, tingkat inflasi harian mencapai 21% dan membuat harga berubah dua kali lipat setiap tiga hari 17 jam.

Hiperinflasi yang dialami di Weimar Jerman pada awal tahun 1920 diikuti kekalahannya dalam Perang Dunia I beberapa tahun sebelumnya.

Sebagai akibat perang, Jerman diminta untuk membayar reparasi besar untuk para pemenang untuk menebus biaya yang dikeluarkan pihak yang menang.

5. Yunani

Negara yang pernah mengalam hiperinflasi kelima adalah Yunani. Ini terjadi pada Mei 1941 hingga Desember 1945 dengan tingkat inflasi 18% mengakibatkan peningkatan harga dua kali lipat setiap empat hari dalam enam jam.

Hiperinflasi dilatarbelakangi keseimbangan anggaran fiskal Yunani berayun dari surplus 271 juta dirham pada 1939 menjadi defisit 790 juta dirham pada 1940 karena Perang Dunia II yang membuat perdagangan luar negeri turun drastis. (Berlanjut ke bagian kedua). (Nur)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.