Sukses

Harga Gula di Perbatasan Mahal, Bulog Ngebet Impor Gula

Bulog menjajaki peluang impor berbagai komoditas untuk memenuhi pasokan dalam negeri.

Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) terus menjajaki peluang impor berbagai komoditas untuk memenuhi pasokan dalam negeri.

Setelah mendapat penugasan mendatangkan kedelai dan daging dari luar negeri, kini perusahaan pelat merah itu berharap bisa meraih restu untuk impor gula kristal (konsumsi).

Direktur Utama Bulog, Soetarto Alimoeso mengungkapkan, pihaknya masih menunggu lampu hijau dari pemerintah untuk bisa memperoleh izin impor gula kristal dari beberapa negara penghasil gula terbesar, seperti Brazil, Thailand dan India.

"Kami sudah lama mengajukan (impor gula) terutama untuk daerah-daerah di perbatasan, karena ada daerah yang memang bukan produsen sehingga kami menawarkan bagaimana jika ditangani Bulog. Tapi pemerintah belum memutuskan apakah bisa impor gula kristal sebagai gula konsumsi," tutur Soetarto, Rabu (16/10/2013) malam.

Dia mengaku, kebutuhan gula domestik untuk kalangan industri dan konsumsi mencapai sekitar 5 juta ton per tahun. Sayangnya, produksi gula Indonesia hanya mampu terpenuhi sekitar 2,3 juta-2,4 juta ton per tahun. Jadi ada kekurangan sekitar 2,6 juta-2,7 juta ton gula setiap tahun.

"Kalau Bulog ditugasi (impor) kami siap. Tapi kan kalau belum dapat izin, tidak bisa melakukannya. Pokoknya begitu ada perintah, kami ajukan impor tapi kalau belum ya tunggu saja," kata  Soetarto.  

Namun dia memastikan, Bulog tidak mencari keuntungan dari impor gula. Terpenting stabilitas harga supaya harga gula di perbatasan tidak terlampau mahal. "Untuk harga gula nantinya di perbatasan tergantung harga gula luar negeri berapa. Intinya kami tidak mencari untung," ujar Soetarto. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini