Sukses

Pengusaha ABG Bisa Bantu Indonesia Jadi Negara Maju

Rasio entrepreneur di Indonesia terhadap jumlah penduduk tercatat baru 1,6%, atau di bawah standar minimum 2% sebagai syarat negara maju.

Indonesia perlu mengembangkan populasi wirausahawan muda (TeenPreneur) guna meningkatkan rasio wirausahawan di masa mendatang. Rasio wirausahawan terhadap jumlah penduduk di Indonesia saat ini masih rendah dibandingkan negara tetangga.
 
Witjaksono, Direktur PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo berharap pembentukan Asosiasi Pergerakan Ekonomi Islam (APEI) berkontribusi untuk meningkatkan jumlah wirausahawan muda di Indonesia. Bahkan dirinya siap memberikan pelatihan di sekolah, mulai jenjang SMU hingga mahasiswa.

“Menjadi TeensPreneur memang tidak mudah. Bahkan bisa jadi sedikit lebih berat ketimbang menjadi pengusaha dewasa. TeensPreneur disamping harus mengurusi bisnisnya, tetap harus mengerjakan PR dan tugas-tugas sekolah. Belum lagi jika memasuki masa ujian,” jelasnya disela-sela deklarasi Asosiasi Pergerakan Ekonomi Islam di Jakarta belum lama ini.
 
Penanaman jiwa enterpreneurship sejak usia dini merupakan salah satu solusi untuk menggerakkan perekonomian umat muslim di masa mendatang. “Anak-anak muda yang sudah merasakan mencari uang sendiri akan cenderung berfikir untung-rugi. Dengan demikian mereka akan berpikir belasan kali untuk melakukan hal-hal yang tidak ada untungnya,” imbuhnya Witjaksono.
 
Rasio entrepreneur di Indonesia terhadap jumlah penduduk tercatat baru sebesar 1,6%, atau di bawah standar minimum sebesar 2% sebagai syarat untuk menjadi negara yang perekonomiannya lebih maju.

Jumlah pengusaha Indonesia tercatat hanya sekitar 3,9 juta dari total 240 juta penduduk, sehingga tertinggal dalam berbagai bidang dibandingkan negara tetangga.
 
Semua negara maju saat ini tercatat memiliki rasio entrepreneur terhadap jumlah penduduk di atas 5%. Negara maju seperti Singapura, rasio entrepreneur-nya sudah mencapai 7,2%. Sedangkan Jepang memiliki rasioentrepreneur-nya sekitar 10% meski populasi penduduknya sebanyak 127 juta jiwa. 

Witjaksono menjelaskan untuk bisa mempunyai jiwa wirausaha di Indonesia perlu peran serta seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah maupun kalangan swasta. Hal ini bisa dilakukan sejak dini seperti dibangku sekolah menengah atau SMU. “Dengan mendorong para pemuda untuk aktif dalam dunia usaha, sedikit banyak akan mengurangi kegiatan non-produktif yang umum terjadi dikalangan remaja seperti  tawuran, narkoba, dan kenakalan remaja lainnya,” jelasnya.(Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.