Sukses

Investor Kurang Tertarik Kembangkan Energi Panas Bumi, Kenapa?

Tarif listrik masih sangat murah dibandingkan panas bumi membuat investor sulit mengembangkan energi panas bumi.

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menyatakan tarif listrik dari panas bumi masih sangat murah sehingga sulit menarik investor untuk mengembangkan energi yang 40% di dunia ada di Indonesia tersebut.

Direktur Utama PT Geo Thermal Energy, Adriansyah mengatakan, harga jual listrik dari panas bumi di Indonesia, masih terlalu kecil, jika dibandingkan dengan energi-energi lainnya.

"Harga geothermal tidak terlalu mahal, kita relatif rendah US$ 7,5 sen per kwh, uapnya sekitar US$ 4 sen, untuk diesel US$ 20 sen, gas US$ 12-13 sen. Jadi sangat murah sebetulnya," kata Adrian, saat menghadiri worshop media, di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (1/11/2013).

Dirinya menambahkan, dengan harga pembelian listrik US$ 7,5 sen agak sulit menarik investor untuk mengembangkan energi panas bumi. Selain itu juga sulit untuk membuat orang Indonesia tertarik mempelajari energi panas bumi padahal Indonesia merupakan ladang panas bumi terbesar di dunia.

"Ini harga sangat murah, dengan harga segitu sulit untuk menarik investor, jarang sekali kita temukan ahli geothermal di Indonesia, " kata Adriansyah.

Harga yang pas untuk listrik dari panas bumi, menurut Adriansyah, sekitar US$ 11- US$ 14 sen per kwh, namun harga tersebut tidak terpatok untuk seluruh PLTP yang ada, karena setiap wilayah panas bumi memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.

"Ini fakta perkembangan geothemal tidak bisa sesuai diharapkan, kami selalu kesulitan," tutur Adriansyah. (Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.