Sukses

Persaingan Mobil Murah Hingga Badai Haiyan Paling Diminati

Setelah protes tuntutan buruh menaikkan UMP menjadi fokus pembaca, kali ini artikel mengenai mobil murah menarik perhatian pembaca.

Setelah protes tuntutan buruh untuk menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP) menjadi fokus pembaca pada pekan lalu. Kali ini, persaingan mobil murah semakin memanas telah menarik perhatian pembaca.

Daihatsu Ayla yang selama ini menjual mobil termurah seharga Rp 76 juta harus bersiap menghadapi saingan baru dari produk PT Suzuki Indomobil. Menggadang Suzuki Wagon R sebagai produk mobil murah ramah lingkungan (Low Cost Green Car-LCGC), Suzuki Indomobil membandrol harga mobilnya ini di harga Rp 77 juta per unit atau hanya terpaut Rp 1 juta dari Daihatsu Ayla yang dijual seharga Rp 76 juta per unit.

Marketing dan Dealer Network Development Director Suzuki Indomobil Sales, Davy Tuilan  mengungkapkan, perusahaan juga mengeluarkan dua varian mobil murah Suzuki Wagon R dengan banderol Rp 88,9 juta dan 99,9 juta per unit. Artikel mengenai mobil murah ini diminati pembaca Liputan6.com, Rabu (13/11/2013).

Puluhan artikel telah disajikan hari ini mulai dari mobil murah, protes buruh, badai Haiyan hingga Indonesia mampu bebas dari utang, dan prediksi bisnis batu bara pada 2014 telah menyedot perhatian pembaca.

Berikut adalah lima artikel yang menarik perhatian pembaca:

1. Mobil Murah Suzuki Dibanderol Rp 77 Juta

Persaingan mobil murah semakin memanas. Daihatsu Ayla yang selama ini menjual mobil termurah seharga Rp 76 juta harus bersiap menghadapi saingan baru dari produk PT Suzuki Indomobil.

Menggadang Suzuki Wagon R sebagai produk mobil murah ramah lingkungan (Low Cost Green Car-LCGC), Suzuki Indomobil membandrol harga mobilnya ini di harga Rp 77 juta per unit atau hanya terpaut Rp 1 juta dari Daihatsu Ayla yang dijual seharga Rp 76 juta per unit.

2. Buruh Setor 1% dari UMP untuk Bayar Iuran?

Di tengah desakan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2014, para buruh selama ini dilaporkan harus membayar iuran keanggotan kepada organisasi yang menaunginya. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan para buruh setiap bulan biasanya dikenakan iuran sebesar 1% dari UMP.

Said menegaskan dana iuran yang diterima dari para buruh tersebut tidak digunakan untuk kepentingan pribadi atau sekelompok orang dalam organisasi yang dipimpinnya.

3. Dihantam Badai Haiyan, Mampukah Ekonomi Filipina Bertahan?

Lima hari setelah Badai Haiyan menyapu sejumlah kota di Filipina para analis mulai menaksir dampak ekonomi dari bencana tersebut. Malapetaka yang datang secara mendadak itu berpotensi menggilas pertumbuhan ekonomi yang tengah subur. Secara keseluruhan, mampukah Filipina mempertahankan laju perekonomiannya?

Seperti dilansir dari The Week, Rabu (13/11/2013), di bawah kepemimpinan Presiden Benigno Aquino III, laju pertumbuhan ekonomi Filipina meningkat pesat. Bahkan Filipina disebut-sebut sebagai `Rising Economic Star` di Asia. Perkembangan itu dimotori industri yang beragam termasuk pabrik elektronik, agrikultur, dan pusat-pusat tenaga kerja.

Sayangnya, hantaman badai Haiyan tak diragukan lagi akan langsung memperlambat laju pertumbuhan ekonomi Filipina. Sejauh ini kerugian yang diderita negara tersebut dapat mencapai US$ 12 miliar hingga Us$ 15 miliar atau sekitar 5% dari produk domestik bruto (PDB).

4. Mau Indonesia Bebas Tumpukan Utang, Ini Caranya!

Sebagian dari pembangunan ekonomi Indonesia hingga saat ini masih dibiayai dari utang. Padahal jika Indonesia mampu meningkat rasio penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) yang saat ini baru mencapai 11%, pemerintah tak perlu lagi berutang untuk memenuhi kebutuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

5. Bisnis Batu Bara Masih Lesu hingga 2014

Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memprediksi bisnis batu bara masih lesu hingga pertengahan tahun depan. Untuk itu, para produsen batu bara menargetkan produksi batu bara tahun depan bakal stagnan di 400 juta ton.

Ketua Umum APBI Bob Kamandanu menyatakan, pelemahan ekonomi dunia telah membuat permintaan batu bara turun. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya pasokan batu bara dari sejumlah negara sehingga semakin menekan harga batu bara. (Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.