Sukses

Orang Terkaya Lahir dari Industri Rokok, Tanda RI Belum Maju

Dari dulu daftar 50 orang terkaya di Indonesia tidak berbeda jauh dengan sekarang meskipun ada nama-nama baru.

Wakil Menteri Keuangan II, Bambang Brodjonegoro menilai, Indonesia belum dikatakan sebagai negara maju jika daftar nama orang terkaya Indonesia masih berasal dari industri pertambangan, perkebunan dan rokok.

"Dari dulu daftar 50 orang terkaya di Indonesia tidak berbeda jauh dengan sekarang meskipun ada nama-nama baru. Tapi Indonesia belum maju kalau orang-orang terkaya itu masih bergerak di sektor tambang, kebun dan rokok," jelas dia di Subang, Jawa Barat, Minggu (24/11/2013).

Menurut Bambang, kondisi ini berbeda dengan deretan triliuner versi luar negeri yang justru banyak diisi oleh sektor-sektor berbeda, seperti ritel, telekomunikasi, fesyen dan sebagainya.

"Kalau orang-orang terkaya di Indonesia saat ini sudah banyak diambilalih oleh anak-anaknya. Intinya orang-orang kaya itu ya mereka-mereka saja cuma berganti kepemilikan. Tapi ada juga nama konglomerat yang mulai hilang karena mungkin bisnisnya bubar," ucap dia.

Bambang bilang, data tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat terbatas padahal pemerintah terus berupaya mendorong penciptaan dan peningkatan basis Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

"Misalnya saja pengusaha properti selalu saja dipegang Agung Podomoro. Memang mereka bisa menjaga bisnisnya, tapi hal ini juga berarti pesaing di sektor properti memang tidak banyak. Maka dari itu, kita ingin menumbuhkan pengusaha-pengusaha baru lewat UKM," tutur dia.

Jika merujuk data Kementerian Keuangan, realisasi investasi Januari-September 2013 menembus sebesar Rp 293,3 triliun atau naik 27,6%. Dari porsi tersebut, Penanaman Modal Asing (PMA) senilai Rp 199,2 triliun atau naik 21,3% dan sebesar Rp 94,1 triliun atau meningkat 43,2% untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

"PMDN tinggi membuktikan semakin banyak orang Indonesia melakukan investasi baru. Ada pergerakan investasi domestik bakal lebih aktif dan mulai masuk ke industri atau bisnis yang membutuhkan modal besar," tandas Bambang.(Fik/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini