Sukses

Industri Makanan Pilih Pakai Mesin daripada Manusia

GAPMMI mengakui pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di industri makanan dan minuman bergerak stagnan.

Industri makanan dan minuman (Mamin) dalam negeri mengakui penyerapan tenaga kerja pada tahun ini tidak tumbuh signifikan. Pemicunya, banyak industri yang mulai beralih menggunakan mesin daripada manusia dalam proses produksinya.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Franky Sibarani mengatakan, peralihan sumber daya ini dilakukan lantaran adanya kenaikan upah minimum provinsi (UMP) tahun ini yang rata-rata mencapai 19,10% dibanding 2012. Di DKI Jakarta sendiri, UMP naik hingga 43,87% dari Rp 1,5 juta pada 2012 menjadi Rp 2,2 juta pada 2013.

 "Yang jadi masalah juga bagi industri yaitu soal pengangguran karena kenaikan UMP yang signifikan. Dengan tekanan di 2013 ini banyak yang masuk ke automatisasi. Nggak ada PHK (pemutusan hubungan kerja) tapi pertumbuhannya stagnan," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Minggu (22/12/2013).

Pada 2012, tercatat tenaga kerja pada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mencapai 56 juta orang. Mayoritas para pekerja ini bergerak di bidang industri makanan dan minuman.

"Kalau dari industri makanan dan minuman, penyerapan tenaga kerja secara volume nggak naik signifikan. Dari data, pada tahun 2012 di UMKM ada 56 juta, 70%-nya di IKM (industri kecil menengah) sektor pangan," lanjutnya.

Dengan kenaikan UMP tahun depan, GAPMMI mengaku khawatir akan muncul PHK di industri Mamin. Berdasarkan data BPS, pelaku usaha kini sudah mem-PHK setidaknya 65 ribu pekerja sepanjang Januari sampai Mei. "Belum lagi industri sepatu dan tekstil yang katanya mencapai 40 ribu dan 45 ribu orang," jelasnya.

Franky juga mengungkapkan, perusahaan asal Korea Selatan yang selama ini banyak bergerak sektor tekstil, mainan anak dan garmen juga akan mengurangi tenaga kerjanya hingga 110 ribu orang sampai akhir tahun ini. "Sampai Juli 2013 saja sudah ada 63 ribu orang.

"Kadin Korea adalah asosiasi perusahaan Korea yang ada disini. Mereka banyak PHK pekerjanya karena dengan situasi sekarang, kenaikan UMP diatas 20%, jadi mereka juga berpotensi melakukan pengurangan tenaga kerja," tambah Franky. (Dny/Shd)

Baca Juga:

Harga Elpiji 12 Kg Naik, Produk Makanan Minuman Jadi Lebih Mahal

Hati-hati! Produk Makanan dan Minuman Ilegal Makin Marak

Industri Mamin Berharap Kecipratan Dana Pemilu Rp 44 Triliun

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.