Sukses

Investor Asing Diminta Jauhi Negara Berkembang

Goldman Sachs, perusahaan perbankan investasi AS memperingatkan para investor untuk menjauhi pasar-pasar keuangan negara berkembang.

Perusahaan perbankan investasi multinasional Amerika Serikat (AS) The Goldman Sachs Group, Inc., memperingatkan para investor untuk menjauhi pasar-pasar keuangan negara berkembang.

Perusahaan yang bergerak di bidang manajemen investasi tersebut menyebutkan, pasar-pasar keuangan negara berkembang akan terus bergerak mengecewakan.

Seperti dikutip dari CNBC, Senin (23/12/2013), dalam laporannya pada Desember, divisi manajemen investasi di Goldman Sachs memprediksi adanya kemungkinan kuat penurunan kinerja yang signifikan dan peningkatan volatilitas selama lima hingga  10 tahun ke depan di negara berkembang.

Laporan berjudul `Emerging Markets: Sebagai Tide Goes Out`menyarankan para investor untuk mengurangi sepertiga eksposurnya, dari 9% menjadi 6% dari keseluruhan portofolio.

Diungkap dalam laporan tersebut, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk meningkatkan portofolio di negara-negara berkembang meskipun investasinya terlihat murah dan menarik.

Indeks saham negara berkembang,  iShares MSCI Emerging Markets Index, tercatat merosot 8,4% sepanjang tahun hingga 20 Desember. Sebenarnya, indeks saham tersebut telah merosot 17% sejak akhir Juni tetapi mampu pulih kembali.

Dalam keterangan tertulisnya, bank yang bergerak di bidang investasi tersebut beranggapan bahwa pertumbuhan di negara-negara berkembang sejak 2003 hingga 2007 merupakan hasil dari kondisi ekonomi tertentu yang tak mungkin diulang kembali. Reformasi-reformasi ekonomi dan politik yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan terlalu menyakitkan untuk dilakukan.

Selain itu, terjadi juga pergeseran seismik sebagai bagian dari sentimen di negara-negara berkembang dan menjadikannya lebih buruk.

"Return-nya tidak semenarik yang diharapkan, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang tidak berkelanjutan seperti yang dibayangkan. Tak hanya itu, negara-negara tersebut juga tidak sestabil yang dipercaya," seperti diungkap Goldman Sachs dalam laporannya.

Bank tersebut juga pesimis pada negara-negara seperti China , Brasil dan Rusia termasuk keterlibatan pemerintah yang berlebihan di dalam pengelolaan perekonomian negara. Kondisi tersebut dapat meningkatkan ketergantungan pada komoditas dan tren demografi yang tidak menguntungkan.

China, misalnya, memiliki lima masalah utama yaitu pertumbuhan yang sangat tidak seimbang, profil demografis yang melemah, represi keuangan yang mendistorsi alokasi modal. Masalah lain yang muncul adalah parahnya tingkat polusi yang membahayakan kesehatan penduduk, dan sistem pendaftaran rumah tangga kuno, `hukou`, yang menghambat akses pendidikan serta pelayanan sosial.

Sementara di Brasil, Goldman mengungkapkan, peran pemerintah yang terlalu besar dalam mengatur perekonomian negara menjadi alasan utama kemunduran kinerjanya.

Situasi itu melahirkan tingkat bunga yang tinggi ditambah strategi perusahaan yang ditentukan pemerintah seringkali dalam bentuk kepemilikan langsung dan pajak yang tinggi. (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini