Sukses

Kinerja IHSG Kurang Memuaskan pada 2013

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat bergerak bergerak volatile sepanjang 2013 seiring sentimen makro ekonomi Indonesia melemah.

Indeks  Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat bergerak volatile sepanjang 2013. Sentimen makro ekonomi Indonesia dan rencana penarikan dana stimulus bank sentral Amerika Serikat (AS) memberikan tekanan IHSG pada semester kedua 2013.

Bila dilihat secara year to date, IHSG  berada di jajaran terbawah di antara bursa saham global dan regional. Kinerja IHSG paling buruk dengan melemah 2,4% setelah bursa saham China dan Thailand. Indeks saham Jepang Nikkei memimpin kenaikan indeks saham sebesar sepanjang 2013. Indeks saham Nikkei naik 55,64% hingga 27 Desember 2013.

IHSG masih berada di bawah penutupan perdagangan saham 2012 di level 4.316. IHSG ditutup menguat ke level 4.212 pada Jumat 27 Desember 2013. Sepanjang 2013 ini, indeks saham unggulan pun turun lebih dalam dibandingkan IHSG. Indeks saham LQ 45 turun 4,57% ke level 701,48. Sementara itu, indeks saham JII melemah 2,71%.

"IHSG amat sangat volatile pada tahun ini. Pada awal tahun, IHSG sempat naik ke level 4.317, lalu menembus rekor baru ke 5.200, dan sempat tembus level terendah ke 3.900, jadi seperti roller coaster," ujar Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su, saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Minggu (29/12/2013).

Sentimen makro ekonomi Indonesia dan global telah memberikan sentimen negatif terhadap 10 sektor saham di pasar modal Indonesia. 10 sektor saham di pasar modal Indonesia hanya mampu naik di kisaran 2%-12% sepanjang 2013.

Sektor saham konsumsi telah menopang pergerakan indeks saham sepanjang 2013. Sektor saham konsumsi naik 12,91% secara year to date. Sektor saham properti sempat mencatatkan kenaikan tinggi pada semester pertama 2013.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI). saham dari sektor konsumsi pun menjadi pemimpin penggerak indeks saham sepanjang tahun ini. Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memimpin pergerakan indeks saham. Saham UNVR pun telah naik 21,6% menjadi Rp 26.600 secara year to date.

Namun, kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai down payment untuk kredit sektor properti dan kenaikan suku bunga acuan/BI Rate menjadi 7,5% telah memberikan sentimen negatif terhadap indeks saham sektor properti. Indeks saham sektor properti hanya mampu naik 2,27% secara year to date.

Sektor saham paling turun dalam yaitu sektor saham pertambangan. Sektor saham pertambangan turun 24,17% ke level 1.413,29. Harga komoditas melemah dan permintaan batu bara berkurang, ditambah ekonomi negara maju melambat telah memberikan tekanan terhadap harga batu bara yang berimbas ke sektor pertambangan.

Perdagangan saham di BEI pun tinggal satu hari lagi pada Senin (30/12/2013), Harry mengatakan, indeks saham tembus level 4.300 memang agak berat. Meski demikian, ia masih berharap IHSG dapat tembus di kisaran 4.300. "Tidak seperti yang diperkirakan pasar kalau kembali tembus 4.000. Yah IHSG nanti di kisaran 4.300," kata Harry.

Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan, IHSG telah tembus ke level resistence pada Jumat pekan lalu sehingga menunjukkan ada tren menguat. Aksi window dressing diharapkan membantu kenaikan IHSG pada sisa perdagangan saham di tahun 2013.

"IHSG ada kemungkinan di atas 4.200, memang pasar sedang tidak terlalu bagus karena rupiah melemah ke 12.000, defisit neraca perdagangan besar, jadi mudah-mudahan adanya aksi window dressing dapat membantu IHSG," tutur Satrio. (Ahm)


*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com

Baca Juga:


Meneropong Prospek Bursa Saham AS di 2014

Tapering, Rupiah dan Defisit Hantui Pasar Modal RI

Investor Kaya Jepang Ramai-ramai `Kabur` dari Pasar Modal




* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini