Sukses

6 Kesepakatan Bisnis Paling Buruk Sepanjang 2013

Berbagai kesepakatan bisnis besar menghiasi 2013. Salah satunya, Blackberry yang sempat membuka penawaran kesepakatan jual beli bagi pembeli

Berbagai kesepakatan bisnis besar menghiasi 2013. Salah satunya adalah Blackberry yang sempat membuka penawaran kesepakatan jual beli bagi siapapun yang berminat membelinya.

Namun seperti dikutip dari Money CNN, Jumat (3/1/2014), Blackberry justru secara tiba-tiba menutup penawarannya seiring dengan keluarnya CEO perusahaan tersebut.

Tak hanya Blackberry, Microsoft dan Nokia juga mencatatkan kerjasama bisnis yang cukup merugikan salah satu diantaranya.

Lengkapnya, berikut enam kesepakatan bisnis paling buruk sepanjang 2013:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Caterpillar-ERA Mining Machines

Caterpillar telah lama mendambakan kehadiran yang lebih besar di China. Sayangnya, akuisisi Caterpillar terhadap ERA, produsen mesin pertambangan yang berbasis di China justru tidak membuahkan hasil.

Pada Januari 2013, Caterpillar terpaksa menarik kembali uangnya senilai US$ 580 juta atau setara 90% dari total yang telah dibayarkan. Penjualan di ERA didorong penipuan yang terjadi di salah satu divisinya.

Caterpillar diiming-imingi banyak keuntungan dan merasa bahwa kerjasamanya dengan ERA akan berhasil. Sebelum Caterpillar, beberapa perusahaan AS sebenarnya telah melirik ERA, tapi pada akhirnya menolak keras untuk bekerjasama.
3 dari 7 halaman

2. OfficeMax-Office Depot

Saat Office Depot mengumumkan merger dengan OfficeMax pada Februari, kedua perusahaan berupaya memilih CEO yang mampu memimpin usaha gabungan tersebut.

Namun akhirnya, kedua perusahaan tidak menemukan CEO berkualifikasi yang mampu mengemban jabatan tersebut.

Lebih buruk dari itu, tampaknya tak ada yang mau mengisi posisi tinggi tersebut. Saat kesepakatan tersebut rampung pada awal November, Office Depot masih belum bisa menemukan CEO baru yang tepat.

Secara tak terduga, perusahaan tersebut menunjuk Roland Smith yang datang dari bisnis grosir dan pernah memimpin Wendy's. Rumitnya merger tersebut juga diduga karena fakta bahwa Komisi Perdagangan Federal menghalangi kesepakatan tersebut.
4 dari 7 halaman


3. Prosensa

2013 merupakan tahun yang sangat cerah untuk menggelar aksi penawaran saham perdana pada publik (IPO). Namun aksi tersebut tak akan berjalan lancar tanpa mitra bisnis. Meski begitu, perusahaan bioteknologi Belanda, Prosensa tetap meraup untung hingga US$ 80 juta pada IPO Juni.

Sahamnya melonjak 154% pada bulan pertama perdagangan, meskipun sebagian besar prospek perusahaan bersandar pada satu obat distrofi otot.

Pada pertengahan September, badan pengawasan makanan dan obat-obatan AS mengatakan, uji coba pada obat tersebut gagal. Akibatnya, saham Prosensa anjlok 70% anjlok hanya dalam sehari.
5 dari 7 halaman


4. Apax-Rue21

Apax Partners sudah lama melirik perusahaan penjual pakaian remaja Rue21 dan bekerjasama dengannya. Namun pada pertengahan Mei, perusahaan ekuitas swasta tersebut mengatakan telah membeli kembali sahamnya dari Rue21 senilai US$ 1,1 miliar.

Angka tersebut berjumlah dua kali lipat dari harga jual Apax pada perusahaan tersebut saat peluncuran saham perdananya empata tahun lalu. Hanya dalam hitungan bulan, kesepakatan kerjasama keduanya mulai goyah.

Penjualan pakaian Rue21 tidak sesuai dengan harapan. Penjualannya merosot hampir 10%. Akibatnya, para investor tidak mau lagi membeli surat utangnya untuk mendanai kesepakatan tersebut.

Para bankir Apax, termasuk Bank of America (BAC, Fortune 500), JPMorgan Chase (JPM, Fortune 500), dan Goldman Sachs (GS, Fortune 500), kesulitan menjual surat utangnya untuk menyelamatkan kesepakatan tersebut.

Apax akhirnya memutus kerjasamanya dengan Rue21. Namun masalah utangnya dikabarkan belum rampung hingga saat ini.
6 dari 7 halaman


5. Microsoft-Nokia

Kekuatan akuisi Microsoft memang sangat legendaris karena kekejamannya. Pada 2013, Microsoft menghabiskan dana senilai US$ 7 miliar untuk Nokia dan bergabung dengan pembuat telepon seluler dengan sistem operasi Windows tersebut.

Namun Nokia telah kehilangan pangsa pasarnya dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan itu juga berencana menambah 32 ribu karyawan dan biaya US$ 700 juta ke dalam tagihan Microsoft yang telah membengkak.
7 dari 7 halaman

6. Blackberry

Pada Agustus, CEO Blackberry Thornsten Heins mengatakan, akan menjual perusahaan tersebut. Namun tiga bulan kemudian, penawaran kesepakatan jual beli tersebut ditarik. Heins juga berhenti dari pekerjaannya.

Banyak investor menghindari Blackberry. Akibatnya nilai saham Blackberry anjlok 16% dan tampaknya tak ada yang berminat membeli perusahaan tersebut. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini