Sukses

Elpiji, Energi Andalan Masyarakat RI yang Rugikan Pertamina

Masyarakat Indonesia diperkenalkan dengan bahan bakar elpiji sejak tahun 1986.

Masyarakat Indonesia diperkenalkan dengan bahan bakar elpiji sejak tahun 1986. Elpiji merupakan gas hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propane (C3H8) dan butane (C4H10).

Namun, karena harga yang lebih tinggi dari minyak tanah, elpiji hanya populer di kalangan masyarakat kelas menengah atas. Tercatat sebelum 2007, konsumsi elpiji dalam negeri hanya berkisar 1 juta metrik ton per tahun.

"Komposisi konsumen 70% rumah tangga, 20% komersial seperti hotel dan 10 % industri," seperti dikutip dari data Pertamina, Selasa (7/1/2013). 

Sejak pemerintah menggulirkan program konversi minyak tanah ke gas elpiji pada 2007, konsumsi elpiji di masyarakat meningkat. Dalam pelaksanaan program ini, pemerintah mengincar masyarakat kelas ekonomi lemah.

Untuk mempermudah akses masyarakat terhadap elpiji yang semula dipersepsikan mahal dengan kemasan 12 kilogram (kg) dan 50 kg. Maka elpiji program konversi dibungkus dengan tabung ukuran 3 Kg dengan pemberian subsidi.

Pemerintah menugaskan Pertamina untuk mendistribusikan elpiji dalam tabung berwarna hijau itu. Sejak enam tahun digulirkan, program ini bisa dibilang sukses. Hampir seluruh wilayah Indonesia sudah menikmati elpiji bersubsidi mencapai 53 juta.

"Hanya daerah yang sulit dijangkau dan belum memiliki infrastruktur distribusi elpiji memadai yang masih diberikan minyak tanah bersubsidi," ungkap data.

Konsumsi elpiji mengalami peningkatan drastis dari 1 juta metrik ton per tahun saat 2006 menjadi 5,3 juta di 2013.

Di Indonesia, elpiji digunakan terutama sebagai bahan bakar untuk memasak. Konsumen elpiji bervariasi, mulai dari rumah tangga, kalangan komersial (restoran, hotel) hingga industri.

Di kalangan industri, elpiji digunakan sebagai bahan bakar pada industri makanan, keramik, gelas serta bahan bakar forklift. Selain itu, elpiji juga dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri aerosol serta refrigerant ramah lingkungan.

Namun, meski pemasaran elpiji sudah berhasil. Pertamina malah mengalami kerugian dengan menjual gas elpiji 12 kg yang di bawah harga keekonomian.

Harga elpiji sesuai keekonomian 2013 mencapai Rp 10.875 per kg, sementara Pertamina menjual Rp 4.944 per kg. Dengan konsumsi elpiji 12 kg sekitar 977 juta metrik ton di 2013, diperkirakan kerugian Pertamina mencapai Rp 5,7 triliun. Pertamina sebenarnya sudah berkali-kali mengajukan usulan kenaikan harga elpiji 12 kg ke pemerintah, namun selalu ditolak.

Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan pernah menyebutkan perseroan harus menanggung kerugian Rp 20 triliun dari penjualan elpiji 12 kilogram dalam lima tahun terakhir. Kerugian itu disebabkan perusahaan pelat merah itu menjual elpiji 12 kg lebih murah dari harga keekonomian.

"Kami sudah rugi banyak. Dari Rp 20 triliun itu sebenarnya bisa dipakai buat membeli satu aset sebesar Blok Offshore North West Java (ONWJ)," ungkap Karen.

Atas dasar itu, Pertamina memutuskan untuk menaikkan harga elpiji 12 kg sebesar Rp 3.959 per kg mulai 1 Januari 2014. Namun, keputusan itu menuai protes.

Pertamina pun merevisi kenaikan harga elpiji non subsidi 12 kg menjadi sebesar Rp 1.000 nett per kilogram, sehingga kenaikan harga per tabung non subsidi 12 kilogram rata-rata Rp 14.200 per tabung.

Dengan demikian, harga per tabung elpiji non subsidi 12 kg di tingkat agen menjadi berkisar antara Rp 89.000 hingga Rp 120.100  (tergantung lokasi) terhitung mulai Selasa, 7 Januari 2014, pukul 00.00 WIB. Akibat kenaikan harga itu, Pertamina masih menanggung rugi Rp 6,5 triliun dari penjualan elpiji 12 kg sepanjang tahun ini.

Menurut data tersebut, Pertamina menjadi korporasi yang paling rendah menjual elpiji, diantara negara tetangga,seperti Filipina, India, China, telah memasarkan harga elpiji di level Rp 12 ribu per Kg sedangkan Malaysia dan Thailand Rp 7.000 per kg. (Pew/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.