Sukses

Rupiah Terpuruk, Pertumbuhan Industri Kemasan Mengkerut

Pelaku usaha industri kemasan dalam negeri pesimistis industri tersebut dapat tumbuh secara signifikan pada tahun ini.

Pelaku usaha industri kemasan dalam negeri pesimistis industri tersebut dapat tumbuh secara signifikan pada tahun ini. Hal ini lantaran kondisi rupiah yang masih melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sehingga membuat harga bahan baku plastik impor terus naik.

Business Development Director Indonesia Packaging Federation, Ariana Susanti mengatakan awalnya para pelaku industri kemasan memprediksi industri ini dapat tumbuh hingga 11% tahun ini. Namun dengan melihat kondisi yang ada, industri diperkirakan hanya bisa tumbuh sebesar 8%.

Hal dapat dilihat dari posisi pada kuartal terakhir 2013, di mana pemesanan terus menurun karena harga yang terus naik, akibat merosotnya nilai rupiah.

"Melihat kondisi saat ini kami tidak begitu yakin. Tahun ini maunya tentu ada investasi, tapi kondisi rupiah terus menurun. Kami sedang menunggu kondisi rupiah membaik," ujarnya di Jakarta seperti ditulis Kamis (9/1/2014).

Menurut dia, pertumbuhan 11% dapat tercapai jika kondisi rupiah dapat kembali ke angka Rp 11 ribu per dollar AS. Namun dia tetap berharap, pada Maret tahun ini, investasi baru di industri mulai terlihat. "Seperti 2012 saja, dengan kondisi rupiah di tahun itu industri pengemasan tumbuh signifikan," lanjutnya.

Ariana menjelaskan, kondisi rupiah memang sangat memberikan pengaruh terjadap industri ini karena 50% bahan baku pengemasan berupa plastik masih harus diimpor. Industri pengolahan plastik dalam negeri sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan industri kemasan.

Selain itu, plastik yang dipasok dari dalam negeri juga menggunakan harga dalam dolar, sehingga otomatis harga plastik lokal tetap mengikuti kurs dolar.

Dengan kondisi seperti ini membuat industri kemasan tidak berani melakukan stok bahan baku. Bahan baku hanya dipasok sesuai dengan pesanan yang ada. Ini membuat pelaku industri tidak mempunyai negara pemasok utama seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Sekarang kami tidak ada negara pemasok utama. Yang penting harganya tidak terlalu mahal. Kadang china, kadang kawasan Timur Tengah atau negara lainnya," tandas dia. (Dny/Nrm)

Baca juga:

Pengusaha Kemasan Berkeluh Kesah soal Bahan Baku

Konsumsi Plastik RI Lebih Rendah dari Singapura dan Malaysia

Remaja Turki Temukan Bahan Bikin Plastik dari Kulit Pisang

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini