Sukses

68% TKI Hanya Berpendidikan SD dan SMP

Sebanyak 512.168 warga negara Indonesia bekerja di luar negeri. Dari total tersebut, sekitar 68% pekerja hanya berpendidikan SMP dan SD.

Indonesia memang terkenal dengan negara yang banyak mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri. Bahkan para TKI ini menjadi penyumbang devisa negara terbesar hingga pemerintah Indonesia melakukan promosi terkait kemampuan Indonesia dalam menyediakan pekerja.

Namun sayangnya dari total TKI yang tersebar di 160 negara, sekitar 68% dari total TKI hanya memiliki pendidikan terakhir tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD).

Dikutip Liputan6.com dari data Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi  yang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI), Sabtu (11/1/2013), terdapat 191.542 TKI yang berpendidikan SMP dari total TKI sebanyak 512.168 orang di tahun 2013.

Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan tahun 2012 dimana pada tahun sebelumnya lulusan SMP juga masih mendominasi dengan jumlah 195.092 orang.

Sementara untuk TKI lulusan SD tahun 2013 sebesar 160.097 orang, lulusan SMU 124.825 orang, lulusan Diploma 29.012 orang, lulusan Sarjana 6340 orang dan lulusan Pasca Sarjana hanya 352 orang.

Tingginya TKI berpendidikan SMP tersebut sejalan dengan jumlah TKI yang berprovesi sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) juga paling tinggi dibandingkan dengan profesi yang lain.

Tercatat TKI yang bekerja sebagai PLRT pada tahun 2013 sebanyak 168.318 orang, atau meningkat jika dibandingkan tahun 2012 yang sebanyak 164.981 orang.

Sementara provesi paling banyak nomor dua adalah sebagai pekerja perkebunan yang memiliki jumlah 47.598 orang juga meningkat jika dibanding tahun 2013 yang sebanyak 36.478 orang.

Walaupun pendidikan rendah namun ntuk terus meningkatkan kualitas para TKI, sebelumnya kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat mengaku akan meningkatkan jam pelatihan sebelum ditempatkan di luar negeri.

"Kami akan setarakan gaji, jadi naik, tapi ya kualitas kita tingkatkan dengan pelatihan sebelum ditempatkan yang biasa 200 jam menjadi 400 jam," kata Jumhur. (Yas/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.