Sukses

[VIDEO] Solihin, Mendulang Untung dari Wanginya Usaha Kosmetik

PD Tri Putri Ayu lahir sebagai produsen kosmetik lokal yang mampu bertahan di tengah gempuran impor produk kecantikan murah.

Berkat kejelian melihat ceruk pasar, PD Tri Putri Ayu lahir sebagai produsen kosmetik lokal yang mampu bertahan di tengah gempuran impor produk kecantikan murah dari berbagai negara. Lima merek produk yang diusungnya perlahan mulai melekat di hati pelanggan.

Meski masih belum terbilang besar sekali, Solihin sang pemilik terus membuat inovasi berbagai produk kosmetik agar usahanya kian berkembang. Liputan6.com, berkesempatan menyambangi lokasi usahanya yang terletak di Tangerang, Banten.

Asal mula usaha

Aroma khas wewangian sabun pertama kali menyambut kedatangan tim Liputan6.com di pabrik kosmetik PD Tri Putri Ayu yang berlokasi di bilangan Jalan Raya Cijengir Nomor 89 Curug, Tangerang, Banten.

Kala kaki mulai melangkah ke dalam ruangan, kami langsung menemui ragam dekoratif kosmetik yang tersusun rapi dalam sebuah etalase lemari.

Ada sabun padat khusus wajah dan badan, body scrub, parfum, body wash, hand and body lotion hingga sabun pembersih daerah kewanitaan.

PD Tri Putri Ayu melempar lima merek ke pasaran dengan sebutan Jinzu, Faylacis, Miss You, Thai dan O'Bali. Sang pemilik, Solihin Sofian mengakui bahwa merek-merek tersebut hadir bukan tanpa alasan. Pasalnya manajemen telah membedakan segmen pasar bagi kelima merek itu.

"Merek Jinzu dan Thai lebih bermain ke pangsa pasar umum, merek Miss You akan fokus pada asesoris kosmetik seperti parfum atau splash cologne, lipstik dan eye liner. Sedangkan O'Bali dipersiapkan untuk membidik pasar luar negeri," ceritanya kepada Liputan6.com, Kamis (9/1/2014).

Sebelum menjadi kosmetik utuh, produk tersebut perlu melalui proses produksi yang dilakoni oleh 35 karyawan PD Tri Putri Ayu. Rangkaian proses produksi harus dilakukan sesuai dengan standar Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) dari Peraturan Menteri Kesehatan (Menkes).

Produksi kosmetik di perusahaan ini terbilang steril, karena kondisi di dalam pabrik nampak bersih. Tahapan proses pun berurutan mulai dari pengolahan bahan menggunakan lima mesin mixer, pencetakan (sabun padat) sampai kepada tahap pengemasan.

Di tambah lagi tersedia ruang khusus riset dan pengembangan yang menerjunkan dua apoteker untuk mengontrol kualitas bahan hingga produk jadi. Solihin pun ikut mengawasi langsung proses produksi supaya kosmetik aman dan bermanfaat bagi konsumen.

"Syarat utama produk kosmetik harus aman serta bermanfaat. Makanya semua diperiksa dan penerapannya mesti sesuai dengan CPKB sebab kami dikontrol Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara rutin," kata Ketua Harian
Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPAK) itu.

Strategi Usaha

Dia membeberkan, produk kosmetik ini mengandung bahan-bahan alami atau herbal. Bahan ekstraksi natural sangat aman bagi tubuh terutama pada kulit wajah. Pencampuran bahan kimia pada kosmetik sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kulit iritasi, memerah bahkan terancam terkena kanker kulit.

Ini yang menjadi keunggulan dari produk Solihin. Dalam produk kosmetiknya, Solihin menggunakan ekstraksi pepaya, sereh, kopi, ketimun, beras, susu, dan sebagainya.

Bahan-bahan itu diperoleh dari dalam negeri. Sayang, konsep berbeda yang tercetus sejak PD Tri Putri Ayu berdiri pada 2007 sempat mendapat penolakan dari pasar.

"Awalnya bagi kami sangat susah jualan karena masyarakat masih menolak produk herbal yang dianggap lama meraih manfaatnya. Mereka lebih suka instan, misalnya putih dalam hitungan hari biarpun pakai bahan kimia," ujar Pria kelahiran Medan, 28 Februari 1967.

Namun seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, produk kosmetik herbal mulai digandrungi. Inilah hoki bagi Solihin untuk mulai mengepakkan sayap bisnis di industri kosmetik.  

Berangkat dari peluang tersebut, usaha Insinyur Mesin jebolan Universitas Darma Agung ini terus menanjak. Perusahaan dagang ini kebanjiran pesanan dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jabotabek, Surabaya, Semarang, Samarinda, Makassar, Banjarmasin, Lombok dan lainnya. Keberhasilan itu tak terlepas dari kepiawaian sang istri, Wiriaty yang bertindak sebagai marketing.    

Pasalnya menggunakan bahan-bahan berkualitas, dia berani mematok harga dari Rp 3.500 per pieces untuk sabun padat sampai paling mahal body wash ukuran satu liter Rp 45 ribu per botol.

"Penjualan tergantung permintaan, tapi biasanya bisa mencapai 100 dus bahkan pernah satu kontainer. Sebab pelanggan suka stok akhir tahun jadi pesan banyak sekaligus supaya hemat biaya pengiriman," tutur mantan Assisten Manager Production di PT Growth Sumatera itu.

Jika ditengok, kapasitas produksi terpasang di pabriknya bisa menyentuh angka 700 kilogram (kg) atau sekitar 600 lusin per hari untuk sabun padat. Sedangkan kapasitas penuh produksi parfum mencapai 100 dus per hari.

Dalam penjualan produk, Solihin dibantu oleh puluhan agen yang tersebar di kota-kota besar di Tanah Air. Namun untuk beberapa wilayah seperti Jawa Barat dan Jabotabek, pihaknya menggunakan tenaga marketing supaya bisa menjangkau ritel modern dan toko-toko.

"Promosi saya tidak perlu pakai iklan yang mahal, cukup dengan program beli 10 dus gratis kipas angin. Jadi bikin semangat toko untuk menjual produk kami," paparnya.

Terkena Pemalsuan

Solihin mengungkapkan, ketiban berkah dari kasus pemalsuan produk yang menyeret salah satu merek produknya. Jinzu dikabarkan masuk dalam deretan kosmetik berbahaya pada 2009. Kata mantan Branch Manager PT Growth Asia ini, Jinzu abal-abal tersebut merupakan hasil produksi dari industri rumahan tak berizin.

"Waktu itu Jinzu herbal sudah terkenal, lalu ada Jinzu sabun strawberry bukan dari saya. Saya katakan kepada BPOM bagaimana mungkin saya produksi karena sudah dua bulan pabrik rata dengan tanah untuk saya bangun ulang. Saya diminta klarifikasi dan diberitakan di media berkat BPOM," tambahnya.

Dari kejadian itu, eskalasi penjualan produk kosmetik eks pengusaha suku cadang ini, kian meningkat setiap tahun. Usaha yang dirintis dengan modal awal Rp 60 juta tersebut bahkan telah mampu mencetak omzet sekitar Rp 250 juta-Rp 300 juta per bulan.  

Ayah dari tiga orang putri ini mengatakan, selalu ada kerikil-kerikil kecil dalam menapaki bisnis kosmetik di Indonesia. Terutama persoalan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ikut mengerek kenaikan harga bahan-bahan kosmetik. "Kalau kondisinya begini terus, kami bisa naikkan harga jual produk hingga 17%," keluh dia.

Masalah berat lain yang harus dihadapi adalah serbuan produk kosmetik impor dari beberapa negara yang memukul pelaku usaha industri lokal.

Solihin mencontohkan, harga produk kosmetik dari negara lain bisa 40% lebih rendah dari harga kosmetik produksi Indonesia. Bahkan produsen kosmetik negara lain misalnya, berani obral diskon dan akhirnya berpotensi membunuh produk kosmetik nasional.

"Kalau terus bermain di harga murah bukan keputusan baik, karena saya komitmen untuk menghasilkan produk berkualitas. Tapi bukan berarti saya bikin produk mahal juga sehingga susah bersaing. Jadi mengalah dulu di awal, nanti kan konsumen bisa melihat mana produk berkualitas dan mana yang tidak," tukasnya.

Pemilik motto "Ciptakan Keberhasilan untuk Orang Lain, Bukan Diri Sendiri" ini berharap produk kosmetik lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tamu terhormat di negara orang.

Harapan ini sesuai dengan cita-citanya saat mendirikan perusahaan supaya bisa membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya demi membantu pemerintah mengurangi pengangguran.

"Pasar Indonesia masih sangat menjanjikan dan seksi, karena jumlah wanita di sini banyak dan masyarakat perlu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selain sandang dan pangan, misalnya perawatan. Jadi amankan negeri ini dengan produk lokal," tegasnya.

Ambisi Rambah Pasar Ekspor

Meski begitu, Solihin pun berambisi untuk menjajakan produk kosmetiknya ke 11 negara ASEAN. Sebagai batu loncatan, dia ingin masuk ke pasar Brunei Darussalam dan Malaysia lewat dekoratif kosmetik sabun padat Jinzu Papaya.

"Baru trial karena proses sedang berjalan. Saya harap bisa mulai masuk ke dua negara itu pada 2014 karena tahun ini masyarakat dan pemerintah akan fokus ke pemilu, sehingga saya bisa konsen menjajaki peluang pasar di Brunei dan Malaysia yang tidak ikut pemilu," tutup dia mengakhiri perbincangan.(Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini