Sukses

Mendulang Rupiah dari Racikan Aussy Burger

Berawal dari iseng, Melby Sakina Baradja sukses berjualan Aussy Burger. Bermodal Rp 10 juta, Melby kini memiliki 70 outlet di Indonesia.

Bisnis makanan bisa dikatakan sebagai bisnis yang tidak pernah akan mati. Ini karena setiap orang pasti membutuhkan makan untuk dapat bertahan hidup. Konsep inilah yang dipegang oleh Melby Sakina Baradja, pemilik usaha burger, Aussy Burger. Usaha yang dimulainya sejak tahun 2005, kita telah berkembang pesat hingga mempunyai puluhan outlet yang tersebar diseluruh Indonesia.

Awalnya, Melby mengaku ketika masih duduk dibangku SMA, dia dan kakaknya membuka usaha burger ini hanya iseng-iseng saja. Berbekal pengalaman sang kakak saat bekerja diperusahaan burger diluar negeri, membuat dirinya nekat untuk membuka usaha burger tersebut dengan bermodalkan uang sekitar Rp 10 juta-Rp 12 juta dan menggunakan lahan seluas tempatnya 2x2 meter yang letaknya tidak jauh dari rumah dikawasan Bintaro, Jakarta Selatan.

"Waktu itu saya buka kecil-kecilan enggak jauh dari rumah, masaknya juga dirumah, jadi begitu ada yang pesan, langsung telepon kerumah, di-grill dirumah, karena jaraknya jg dekat," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Jumat (17/1/2014).

Meskipun sang kakak memiliki pengalaman bekerja di perusahaan burger, namun Melby mengaku membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan percobaan sampai ratusan kali untuk mendapatkan racikan burger dengan rasa yang menurutnya cocok untuk lidah orang Indonesia.

"Yang diaplikasikan dari luar negeri itu aplikasi pembuatannya dan cara penyimpanan, kalau resep kita bikin sendiri, percobaanya mungkin sampai 100 kali," katanya.

Alasannya memilih usaha burger, karena jenis makanan tersebut mencakup dua pangsa pasar, pertama bisa menjadi makanan berat karena ukurannya besar. Dan kedua, makanan tersebut bisa dikatakan sebagai siap saji itu sehingga bisa dikonsumsi dimana pun dan kapan pun.

"Bisa dimakan sambil nyetir mobil atau sambil jalan," lanjutnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, usaha burger miliknya semakin lama semakin berkembang. Kemudian pada tahun keenam atau pada akhir 2011 dia mulai menjadikan usahanya ini sebagai bisnis waralaba. Outlet Aussy Burger yang awalnya hanya berada di sekitar Jabodetabek, kini telah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jambi, Pekanbaru, Makassar dan Nusa Tenggara Barat dengan jumlah tidak kurang dari 70 outlet.

"Target market kita lebih kepada anak sekolah, mahasiswa dan keluarga muda, makanya kita letakan outlet  di dekat sekolah, kampus, dan perumahan," jelasnya.

Besar omset dari masing-masing outlet Aussy Burger ini pun terbilang cukup besar. Menurutnya omzet dalam sehari untuk outlet ukuran booth sebesar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Sedang untuk ukuran kafe bisa mencapai Rp 1,5 juta hingga Rp 6 juta per hari.

Sedangkan dari sisi penjualan produk, outlet ukuran booth biasanya bisa menjual antara 30-40 burger per hari, sedang ukuran kafe bisa menjual 60-80 burger per hari

Untuk kepemilikan outlet ukuran booth, Melby menawarkan bisnis waralaba burgernya ini dengan harga Rp 50 juta yang sudah dilengkapi dengan bahan baku dan peralatan. Sewdang ukuran kafe ditawarkan dengan harga Rp 175 juta termasuk peralatan, furniture, dekorasi indoor dan outdoor, kitchen set, tv dan wifi dengan jangka waktu kerjasama selama 5 tahun.

"Yang harus dicari franchisor hanya lokasi dan karyawan. Kalau pun mereka kesulitan, kita bisa bantu carikan lokasi dan karyawan, semuanya kita yang training dan kita dampingi sampai outletnya berjalan," ungkap wanita kelahiran 16 September 1989 ini.

Dari segi bahan baku utama, seperti daging, Melby mendatangkan langsung daging tersebut dari Australia dan New Zealand dengan kualitas daging yang bagus, kemudian diracik dengan resep menggunakan rempah-rempah khas Indonesia.

Meskipun saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat, namun dalam menjalankan bisnisnya, Melby mengaku banyak kendala yang harus dihadapi. Pada masa awal berbisnis, dirinya mengaku sering mendapatkan keluhan dari pelanggan karena saat itu burger yang dijualnya belum memiliki standar baku soal rasa dan ukuran. Namun belajar dari komplain tersebut, akhirnya kendala seperti itu hilang dengan sendiri.

"Kalau saat ini, tantangan bagi kita lebih kepada bagaimana menjaga omset dari masing-masing outlet," tuturnya.

Menu makanan yang dibuat pada awal berbisnis hanya berupa burger dan hotdog. Namun kita variasi makanan dan minuman yang ditawarkan pun semakin banyak seperti kentang goreng, waffle, nuggets dan beragam minuman mulai dari air mineral hingga milkshake. Saat ini, dia juga telah memiliki pegawai sebanyak 30-40 orang yang bertugas dikantor pusat.

Kedepannya dia berharap mampu mengembangkan bisnisnya hingga bisa membuka outlet diluar negeri. "Saya berharap bisa merambah ke Asia seperti Malaysia dan Filipina," tandasnya. (Dny/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini