Sukses

Larangan Ekspor Mineral RI Menguntungkan Kanada

Larangan ekspor mineral mentah Indonesia tak hanya berdampak merugikan bagi negara lain. Sebaliknya, ada negara yang menuai untung.

Larangan ekspor mineral mentah Indonesia tak hanya berdampak merugikan bagi negara lain. Buktinya, aturan ini berpotensi meremajakan kembali industri nikel Kanada yang kini menderita akibat harga-harga logam yang kian merosot.

Larangan yang mulai berlaku pada Minggu (12/1/2014) tersebut telah mendongkrak naik harga nikel akibat muncul kekhawatiran akan adanya kelangkaan logam yang berfungsi sebagai bahan baku baja stainless itu.

Dikutip dari The Globe and Mail, Jumat (17/1/2014), kenaikan harga diprediksi dapat membantu sejumlah produsen nikel di Kanada yaitu Sherritt International Corp., Lundin Mining Corp. dan First Quantum Minerals Ltd.

Sherritt, pengelola operasi pertambangan nikel Moa di Kuba yang saat ini tengah mengembangkan tambang nikel raksasa di Madagaskar mengaku dapat melihat keuntungan besar dalam watu dekat.

"Berbagai kenaikan di harga nikel akan langsung berdampak pada kenaikan pendapatan kami," ungkap CEO Sherritt David Pathe.

Hanya berselang empat hari setelah pemerintah Indonesia secara resmi memberlakukan larangannya, nilai saham Sherritt yang berbasis di Toronto melonjak sebesar 5%.

Saham-saham perusahaan nikel Kanada lainnya seperti First Nickel Inc. dan Royal Nickel Corp juga bergerak menguat.

Sejauh ini, harga nikel telah menyentuh level tertingginya dalam dua bulan terakhir sebesar US$ 6,5 per pound. Tetapi sayang, peningkatan itu belum mampu menutupi penurunan harga nikel sebesar 70% ke level terendah dari US$ 24 pada 2007.

"Larangan ekspor mineral mentah Indonesia berdampak positif bagi industri nikel di Kanada secara umum," ungkap Wakil Presiden Senior Royal Nickel, Mark Selby.

Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dan memasok sekitar 20% pasokan global. Pada 2015, dunia diprediksi mulai kehabisan nikel jika Indonesia terus menahan larangannya.

Serupa dengan Indonesia, Kanada merupakan negara yang kaya mineral yang terus berupaya meningkatkan nilai jual barang tambangnya itu. Mineral dan minyak mentah serta gas yang dikirim Kanada ke luar negeri bernilai US$ 122 miliar dari total ekspornya.

"Banyak sekali mineral mentah yang kami kirimkan keluar negeri," ungkap kepala ekonom Export Development Canada, Peter Hall.

Jika Kanada terus memproduksi dan mengelola bahan baku mentahnya, negara tersebut tidak hanya dapat meningkatkan daya jualnya tapi juga menambah jumlah lowongan kerja di sana.

Akan tetapi, hingga saat ini para investor masih menanggapi kebijakan larangan ekspor mineral mentah Indonesia itu secara skeptis. Itu karena hingga saat ini, Indonesia masih belum memiliki smelter yang memadai. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini