Sukses

Indonesia Tak Mau Bernasib Seperti Afrika Selatan

Semua orang optimis Afrika Selatan akan take off, tetapi perekonomian Afrika Selatan sekarang masih sama dengan Indonesia.

Indonesia mencatatkan sejarah pertumbuhan ekonomi yang meyakinkan dalam 4 dekade terakhir. Namun tanpa disadari, Indonesia mempunyai potensi dan risiko untuk masuk ke dalam jebakan kelas menengah (middle income trap).

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan jebakan kelas menengah merupakan isu jangka menengah dan panjang yang harus diselesaikan pemerintah. Namun persiapan menghindari jebakan tersebut membutuhkan waktu cuku panjang,.

"Ini isu jangka menengah panjang, tetapi persiapannya harus dilakukan saat ini, bahkan sebetulnya policy-nya harus sudah disiapkan mungkin 20-30 tahun lalu, ini kita overload," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (6/2/2014).

Chatib mengakui kekhawatiran terbesar yang menghinggapi Indonesia adalah kemungkinan munculnya persoalan jebakan kelas menengah seperti pernah dialami Afrika Selatan dalam beberapa tahun kedepan. Padahal persoalan serius yang muncul di era 1980-an ini terjadi ketika Afrika Selatan telah masuk kedalam negara kelas pendapatan menengah dan mengalami pertumbuhan pesat.

"Semua orang optimis Afrika Selatan akan take off, tetapi perekonomian Afrika Selatan sekarang masih sama dengan Indonesia. Sedang Indonesia masuk kelas middle income pada 2000," lanjutnya.

Indonesia seharusnya bisa melihat perkembangan dari Korea Selatan yang dinilai maju dalam hal produksi industri. Tak hanya itu. Korea Selatan juga mulai mengekspor budayanya seperti K-Pop. "Itu bagian dari perencanaan industri yang panjang. Indonesia harus mengarah kesana," jelasnya.

Jika Indonesia terperangkap dalam jebakan kelas menengah ini, Chatib memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan di level 5%-6% saja.(Dny/Shd)

Baca juga

Jebakan Kelas Menengah Hantui Negara Merdeka 150 Tahun

Kelas Menengah RI Lambat Naik Kelas Dibandingkan Malaysia

Indonesia Susah Keluar dari Jebakan Kelas Menengah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini