Sukses

Backdoor Listing, Anak Usaha Grup Air Asia Masuk Pasar Modal RI

Anak usaha grup Air Asia yang bergerak di bidang perhotelan melakukan back door listing di pasar modal Indonesia.

Jaringan Tune Hotel, yang dimiliki Tony Fernandes milik pendiri Air Asia akan masuk ke pasar modal Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan dengan bertindak sebagai pembeli siaga dalam pelaksanaan rights issue oleh PT Pusako Tarinka Tbk yang merupakan salah satu emiten perhotelan.

Perseroan dengan kode emiten PSKT ini akan menggelar penawaran umum terbatas/rights issue dengan melepas 1,27 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500.

Mengutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (21/2/2014), Pelaksanaan rights issue itu dilakukan dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Harga penawaran rights issue Rp 500 per saham. Perseroan mengincar dana sekitar Rp 635,50 miliar. Pemegang saham akan berpotensi mengalami dilusi atau kehilangan hak sekitar 93% dalam pelaksanaan rights issue ini.

Bila pemegang saham publik tidak mengeksekusi saham dalam rights issue ini maka RPHI dan PT Crio Indonesia bertindak sebagai pembeli siaga. PT Crio Indonesia dan Red Hotel Planet Holding Indonesia (RPHI) ini anak usaha grup Air Asia yang memiliki hotel bujet di Indonesia.

Dana hasil rights issue itu digunakan untuk melunasi penerbitan promisory notes (PN) sebesar Rp 615 miliar. Penerbitan PN itu untuk mengakuisisi 100% saham 13 hotel yang dikendalikan oleh RPHI dan PT Crio Indonesia. Hotel bujet bernama Tune Hotel itu berada di Jakarta, Pekanbaru, Tangerang, Makassar, Surabaya, Palembang, Bekasi, Solo, dan Depok.

Sisa dana sekitar Rp 20,50 miliar akan digunakan untuk pengembangan hotel ke depan.Dalam pelaksanaan rights issue ini, memiliki rasio 2:31. Perseroan juga menawarkan waran sebanyak 28,70 juta waran. Jadi setiap pemilik 620 saham baru mendapatkan 14 waran seri I.

PT Pusako Tarinka Tbk memiliki satu hotel bintang empat di Bukittinggi, Sumatra Barat. Dengan langkah perseroan mengakuisisi Tune Hotel ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja perseroan ke depan.  Perseroan mengalami rugi selama enam tahun dengan terakhir kerugian mencapai Rp 878 juta.

Sebelum pelaksanaan right issue, pemegang saham perseroan per 30 September 2013 antara lain Nasroel Chas sebesar 31,71%, Dyakso Lokesworo sebesar 26,26%, PT Jamsostek (Persero) sebesar 18,67%, dan publik di bawah 5% sebesar 0,07%.

Setelah rights issue ini maka anak usaha grup Asia yaitu RHPI memiliki saham sebesar 65,57% dan PT Crio Indonesia sebesar 28,18%.
Dengan adanya penambahan manajemen baru diharapkan dapat menaikkan kinerja perseroan ke depan. Perseroan akan meminta izin pemegang saham untuk aksi korporasi ini dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 26 Maret 2014.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.