Sukses

Pemerintah Salahkan Ekonomi Global Bikin Ekonomi Melambat

International Moneter Fund (IMF) telah mengoreksi laju pertumbuhan ekonomi dunia 2014 untuk kedua kalinya.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2014 sebesar 5,12 persen terpengaruh dari kondisi perekonomian global yang masih dalam tahap konsolidasi. Salah satunya kebijakan tappering off Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung (CT) mengungkapkan, International Moneter Fund (IMF) telah mengoreksi laju pertumbuhan ekonomi dunia 2014 untuk kedua kalinya. Pada April direvisi 3,7 persen dan kembali terkoreksi ke bawah 3,4 persen di Juli ini.

"Pertumbuhan ekonomi 5,12 persen tidak terlepas dari situasi global akhir-akhir ini. Ekonomi dunia masih tahap konsolidasi," ungkap dia di kantornya, Selasa (5/8/2014).

Dia mengaku, perlambatan ekonomi domestik pun terjadi akibat normalisasi kebijakan The Fed yang menarik likuiditas dari seluruh negara-negara berkembang. Tappering off diperkirakan akan rampung pada tahun ini.

"Kebijakan yang terjadi di AS diimbangi dengan pemberian stimulus besar di Eropa dan Jepang sehingga membuat kondisi ekonomi global terkonsolidasi. Di sinilah ada negara yang mendapat benefit dan ada yang tidak, terutama negara-negara berkembang," ucap CT.

Dia menjelaskan, ekonomi negara-negara berkembang yang pernah menikmati pertumbuhan cepat akibat quantitative easing The Fed kini berubah melambat.

Sebut saja Tiongkok yang paling subur memperoleh suntikan stimulus dari AS hingga pernah mencicipi pertumbuhan ekonomi dobel digit.

"Tapi sekarang dengan tappering off, ekonomi Tiongkok paling signifikan terkena dampaknya sehingga pertumbuhan ekonominya hanya 7,5 persen. Sedangkan Indonesia juga merasakan benefit yang sama, namun tidak separah Tiongkok," papar dia.

Akibat lesunya ekonomi China, CT mengaku, Indonesia terkena imbas dari penurunan harga komoditas batu bara, kelapa sawit, dan sebagainya. Hal tersebut perlu diantisipasi dengan baik supaya tak menjadi masalah untuk ekonomi Indonesia ke depan.

Namun dirinya mengaku, pemerintah masih bersyukur dengan situasi realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II ini meskipun itu merupakan tantangan bagi Indonesia di kuartal-kuartal selanjutnya.

"Memang ekonomi kita masih tumbuh, tapi bukan berarti kita happy dengan pertumbuhan ekonomi tersebut. Kita harus lebih kerja keras untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi," tukas CT. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini