Sukses

BI Rate Setia di Level 7,5%

Likuiditas industri perbankan ketat akibat kenaikan BI Rate pada tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada hari ini memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan BI Rate. Langkah BI menahan suku bunga tersebut karena gerak inflasi sampai dengan Juli sudah sesuai dengan yang ditargetkan.

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menjelaskan, sejalan dengan BI Rate, suku bunga Lending Facility dan Suku Bunga Deposit Facility juga tetap bertahan. "Masing-masing di level 7,50 persen dan 5,75 persen," jelasnya di Jakarta, Kamis (14/8/2014). Dengan menahan BI Rate pada bulan ini, bank sentral telah menahan suku bunga acuan dalam 9 bulan.

Menurut Agus, Langkah BI menahan suku bunga acuan tersebut untuk menyesuaikan dengan target inflasi pada tahun ini dan tahun depan. Dalam rencana BI, angka inflasi di tahun ini harus berada di kisaran 4,5 persen. Sedangkan untuk tahun depan, inflasi ditargetkan bisa berada di level 4 persen.

Di awal agustus ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa angka inflasi pada bulan Juli 2014 berada di level 4,53 persen (year on year) . Menurut BI level tersebut cukup rendah karena pada bulan Juli kemarin merupakan bulan puasa dan Lebaran. Biasanya, pada bulan puasa dan Lebaran angka inflasi melonjak.

Langkah yang dilakukan oleh BI tersebut sesuai dengan prediksi beberapa ekonom. Chief Econom Bank Mandiri, Destry Damayanti BI Rate tetap bertahan karena masih adanya risiko meski pemilihan umum (pemilu) sudah diselenggarakan.

"Dari tren kenaikan global rate hingga masalah domestik defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang tinggi dan ketidakpastian politik sehingga bisa memicu capital reversal," kata Destry saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (14/8/2014).

Senada dengan Destry, pengamat ekonomi asal Universitas Gadjah Mada, Toni Prasetyantono juga memprediksi BI rate masih tetap di level 7,7 persen. Bertahannya BI rate sejalan dengan mulai membaiknya kondisi regional.

Namun sayangnya, perbaikan indikator tersebut masih dibayangi dengan ketatnya likuiditas yang dimiliki kalangan perbankan akibat kenaikan BI rate selama ini yang baru dirasakan pada akhir tahun 2014.

"Saya pikir BI akan cenderung konservatif untuk menahan BI rate di level sekitar 7,5 persen. Likuiditas memang ketat, namun ada perbaikan beberapa indikator, misal cadangan menjadi US$ 110 miliar, inflasi mulai melandai, rupiah sekitar Rp 11.600 per dolar AS hingga Rp 11.700 per dolar AS," tegas Toni. (Yas/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini