Sukses

BPS: 5 Juta Warga RI Tak Mau Lagi Jadi Petani

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan 5 juta petani menanggalkan profesinya demi kehidupan yang lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan 5 juta petani menanggalkan profesinya demi kehidupan yang lebih baik. Penyebabnya karena mata pencaharian ini dianggap tak lagi menguntungkan.

"Selama kurun waktu 2003-2013, jumlah petani menjadi 26,14 juta rumah tangga. Sebelumnya ada 31,32 juta rumah tangga petani, sehingga ada kehilangan 5 juta petani dalam 10 tahun ini. Cukup tinggi," ungkap dia saat ditemui di Sosialisasi Hasil Sensus Pertanian 2013 di Jakarta, Kamis (11/9/2014).

Faktor utama penurunan jumlah petani disebabkan karena para petani kebanyakan mengelola lahan pertanian dengan luas kurang dari setengah hektare (ha). Petani ini disebut sebagai petani gurem.

Jumlah petani gurem disebutkan menurun drastis, contohnya di Jawa Tengah yang banyak penduduk miskinnya.

"Mereka menilai nggak menguntungkan hanya menggarap lahan pertanian setengah ha. Buat Break Even Point (BEP) alias balik modal saja nggak cukup," paparnya.

Alhasil, tambah dia, petani gurem ini beralih profesi sebagai buruh. Sayangnya mereka menjadi buruh atau pekerja di berbagai sektor, baik formal maupun non formal. Namun karena kebanyakan petani hanya berpendidikan rendah, maka lari ke sektor non formal.

"Paling bagus sih beralih ke sektor formal atau industri, karena penghasilannya cukup memadai," ujarnya. (Fik/Nrm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • BPS atau Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

    BPS

  • Petani adalah orang yang bercocok tanam.

    Petani