Sukses

Aksi Demo Hong Kong Picu Bursa Saham Asia Merosot

Ketegangan demo di Hong Kong dan produksi pabrik Jepang turun memberikan tekanan ke bursa saham Asia pada perdagangan Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Wellington - Bursa saham Asia merosot dengan indeks saham regional menuju penurunan paling tajam sejak Mei tahun lalu. Hal itu dipengaruhi ketegangan di Hong Kong dan kinerja aktivitas pabrik Jepang yang menurun.

Indeks saham MSCI Asia Pacific tergelincir 0,4 persen pada pukul 09.20 waktu Tokyo. Penurunan indeks saham diikuti indeks saham Jepang Topix melemah 0,7 persen. Lalu indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,4 persen menjadi 16.252,72 pada awal perdagangan saham. Akan tetapi, indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,1 persen.

Sejumlah faktor global mempengaruhi laju indeks saham di bursa global . Pemimpin aksi demonstrasi di Hong Kong menetapkan batas waktu hingga besok agar tuntutan merekda dapat dipenuhi.

Selain itu, produksi industri Jepang turun 2,9 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya 1,1 persen. Di Ukraina, sejumlah serangan menambah kekhawatiran sejak gencatan senjata dengan militan pro Rusia lebih dari tiga minggu lalu.

"Pasar cukup gelisah dengan situasi sekarang. Dalam waktu 30 hari dihadapi quantative easing, dan ini jadi titik balik bagi pasar, dan investor sedikit gelisah. Selain itu, protes Hong Kong dan konflik di Ukraina menambah tekanan," ujar Mark Lister, Head of Private Wealth Craigs Investment Partners Ltd, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (30/9/2014).

Di pasar komoditas, harga tembaga turun 0,2 persen di London sebelum update sektor manufaktur China. Selain itu, harga minyak turun 0,3 persen di New York.

Indeks saham MSCI All-Country World turun 2,6 persen sejak akhir Juni. Sementara itu, indeks saham MSCI Asia Pacific melemah 3,6 persen pada kuartal III 2014. Nilai saham global telah naik US$ 20 triliun selama tiga tahun terakhir seiring langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve meransang ekonomi AS yang didukung likuiditas dan memicu investasi di negara berkembang.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) pun telah mengurangi pembelian aset yang dikenal quantative easing sebesar US$ 10 miliar dan terakhir pada Oktober 2014. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.