Sukses

Kenaikan Harga BBM Tepat, Tapi Besaran Terlalu Tinggi

Keputusan Presiden terpilih Jokowi menaikkan harga BBM subsidi pada November dianggap tepat, tapi besaran kenaikan terlalu tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Presiden terpilih Joko Widodo menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014 dinilai tepat. Pasalnya kenaikan itu dilakukan pada bulan pertama Jokowi menjadi presiden.

Analis Energi Bower Group Asia Rangga D Fadilla mengatakan, keputusan itu juga akan memberikan waktu bagi Jokowi untuk membukti bahwa keputusan yang diambil adalah pilihan yang tepat karena manfaatnya bisa dirasakan masyarakat.

"November juga baru bulan pertama pemerintahan Jokowi. Jadi dia (Jokowi) masih punya waktu lebih dari empat tahun buat membuktikan kebijakannya benar," kata Rangga saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (30/9/2014).

Rangga memperkirakan, keputusan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter akan menimbulkan penolakan masyarkat dan akan menimbulkan kenaikan inflasi.

"Kalau itu jadi dilakukan, maka akan ada gejolak penolakan dari masyarakat. Itu pasti karena jumlah kenaikannya cukup signifikan," tuturnya.

Seperti diketahui, Anggota Tim Transisi Jokowi-Jusuf Kalla (JK), Luhut Panjaitan mengungkapkan, tim transisi telah final membahas kenaikan harga BBM bersubsidi dan memutuskan adanya kenaikan harga BBM subsidi dengan besaran Rp 3.000 per liter pada November 2014.

"Itu sudah diputuskan Pak Jokowi dan Pak JK pada Jumat pekan lalu. Mereka memutuskan akan menaikkan harga BBM subsidi Rp 3.000 per liter di November," terangnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini