Sukses

Permintaan Pelaku Industri Penerbangan kepada Jokowi

Ketua Umum INACA, Arif Wibowo menilai, bisnis penerbangan mengalami tekanan oleh karena itu butuh dukungan dari pemerintahan baru Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Penerbangan Nasional (INACA) memiliki beberapa harapan kepada  pemerintah baru di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) yang akan dilantik 20 Oktober 2014.

Ketua Umum INACA, Arif Wibowo mengatakan, para pelaku industri penerbangan berharap terhadap Presiden terpilih yang akrab disapa Jokowi dapat membawa dampak positif. Pasalnya, saat ini dunia penerbangan sedang tertekan karena rupiah melemah dan melesetnya target pertumbuhan ekonomi.

"Bisnis ini sedang mengalami berbagai tekanan baik dari pertumbuhan ekonomi yang di bawah eskpektasi 5,8 - 6 persen tapi ternyata 5,2 persen. Ini hal yang penting untuk pemerintah baru, respons terhadap rebound ekonomi dan pelemahan rupiah," kata Arif, dalam  acara Indonesia Bussiness and Charter Aviation Summit (iBCAS) 2014 di Hotel Grand Mercure, Jakarta, Rabu (15/10/2014).

Arif melanjutkan, harapan berikutnya adalah adanya kebijakan khusus dari pemerintah yang menyangkut urusan pengenaan pajak bagi pesawat. "Quick win terkait bea masuk 0 persen, baik fix wings, roterary wings, dan lain-lain," tutur Arif.

Selain itu, menurut Arif para pelaku industri penerbangan juga menginginkan harga avtur turun di Indonesia. Pasalnya saat ini harga avtur Indonesia lebih tinggi dari negara tetangga, hal ini dapat mempengaruhi daya saing maskapai dalam negeri.

"Avtur Indonesia 12-13 persen di atas MOPS (standar internasional) di negara lain hanya 5-7 persen karena ada beberapa faktor seperti distribusi ke area- terpencil. Tapi ada faktor yang harus diturunkan kalau bisa avtur turun harga 5 persen saja, ini sangat menurunkan jauh," pungkasnya. (Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini