Sukses

Sosok Menteri Ekonomi Jokowi di Mata Ekonom

Susunan Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah terbentuk. Terdapat 15 kementerian yang membidangi sektor ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Susunan Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah terbentuk secara utuh. Dalam Kabinet Kerja ini, terdapat 15 kementerian yang membidangi sektor ekonomi yang siap membantu Presiden dan Wakil Presiden selama lima tahun mendatang

Namun pengumuman nama-nama menteri tersebut mendapat kritikan dari Ekonom Senior INDEF, Fadhil Hasan. Menurut dia, susunan kabinet tersebut bukan yang terbaik karena banyak kesalahan dalam penempatan nama pada pos-pos Kementerian. Posisi tersebut, dinilai Fadhil lebih banyak unsur politik.

"Ini bukan susunan kabinet yang terbaik karena sangat kentara dengan politik dan komprominya. Jadi bukti atau salah satu pertanda Jokowi adalah petugas partai, nggak bisa lepas dari Megawati dan JK," ucapnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Minggu (26/10/2014) malam.

Lebih jauh dia menganggap, nama-nama menteri ekonomi di Kabinet Kerja tidak sesuai dengan harapan pasar. Sebut saja Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri PPN Andrinof Chaniago dan masih banyak lainnya.

Dia mencontohkan, Andrinof Chaniago sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Pakar Kebijakan Publik itu dinilai lebih pantas memegang jabatan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB).

Bappenas/PPN, dia bilang, lebih pantas diisi oleh figur yang mempunyai latar belakang di bidang ekonomi pembangunan. Sementara Andrinof, katanya, sangat menguasai pemahaman mengenai kebijakan publik yang condong ke arah politik.

"Pasar tidak akan terlalu happy dengan susunan ini. Apalagi menteri-menteri perekonomian bukan orang-orang kelas berat. Artinya sudah dikenal pasar, punya pengalaman dan rekam jejak cukup panjang," paparnya.

Dia khawatir, respons pasar yang kurang antusias akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka pendek. Sayang dirinya enggan untuk memprediksi rentang kurs rupiah dan IHSG paska pengumuman kabinet.

"Dalam jangka pendek, rupiah dan IHSG kita tidak akan terlalu positif. Kita lihat saja besok bagaimana pergerakannya. Tapi respons pasar tergantung pula realisasi kebijakan maupun kinerja menteri-menteri ini ke depan, jadi kita beri kesempatan dulu lah," pungkas Fadhil. (Fik/Ndw)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini