Sukses

Harga BBM Naik, YLKI Minta Jokowi Benahi Transportasi Umum

YLKI menilai kenaikan harga BBM memang sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah mengumumkan secara resmi kenaikan harga BBM bersubsidi jenis premium dan solar masing-masing Rp 2.000 per liter.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan kenaikan harga BBM ini memang sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah mengingat beban subsidi terhadap APBN semakin membesar.

"Kalau secara policy memang tidak bisa dihindari sebab subsidi BBM sudah kelewat besar sehingga perlu dikurangi untuk kurangi beban APBN dan kebijakan energi ini harus dilakukan," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (17/11/2014).

Meski demikian, Tulus berharap kenaikan juga diimbangi dengan perbaikan sarana transportasi massal sehingga masyarakat mempunyai pilihan yang lebih baik untuk tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi.

"Dengan harga BBM yang mahal harusnya masyarakat beralih ke kendaraan umum. Maka itu dana subsidi harus dialihkan ke sektor transportasi karena dampaknya pertama pasti ke transportasi," lanjutnya.

Tulus menekankan hal ini harus dilakukan pemerintah sebagai bukti bahwa anggaran subsidinya tidak hanya dialihkan sektor yang produktif, tetapi juga yang langsung bisa dinikmati oleh masyarakat.

"Sektor transportasi yang terpukul langsung. Selama ini pemerintah hanya kamuflase, perbaikan transportasi tidak pernah dilakukan. Dengan BBM yang semakin mahal solusinya hanya public transport. Dan dilema bagi adalah naik kendaraan pribadi tapi bensinnya naik, sedangkan ingin kendaraan umum tapi tidak memadai," jelasnya.

Selain itu Tulus juga meminta pemerintah untuk memperbaiki program jaminan sosial yang telah diluncurkan beberapa waktu lalu melalui 3 kartu, yaitu Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera. Jangan sampai di lapangan kartu-kartu tersebut sam seperti bantuan langsung tunai (BLT) atau bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) yang sering tidak tepat sasaran.

"Kartu-kartu ini kan hanya sifatnya charity bagi masyarakat yang terkena dampak kenaikan sembako. Tetapi tetap saja mereka miskin. Ini harus diperhatikan, karena dari pengalaman yang lalu, dana yang diberikan ini malah digunakan untuk konsumdi yang tidak benar. Surveinya menunjukan 30 persen dana BLT itu untuk beli rokok," tandas dia.

Seperti diketahui, sekitar pukul 21.00 WIB Presiden Joko Widodo secara resmi menaikan harga BBM bersubsidi jenis premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter serta jenis solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Kenaikan ini mulai berlaku pada Selasa (18/11/2014) pukul 00.00 WIB. (Dny/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini