Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mulai membidik kawasan Timur Tengah sebagai pasar potensial untuk menumbuhkan nilai ekspor makanan olahan.
Konsumsi makanan menjadi pengeluaran utama negara-negara di kawasan tersebut. Diprediksi konsumsi makanan mencapai 49,1 juta ton pada 2017 dengan pertumbuhan sebesar 3,1 persen tiap tahunnya.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag), Nus Nuzulia Ishak mengatakan, Uni Emirat Arab (UEA) merupakan hub atau pintu masuk ekspor bagi negara-negara sekitar yang membutuhkan berbagai macam produk. Sementara ekspor makanan olahan Indonesia ke UEA pada 2013 baru mencapai 17.886 ton dengan nilai US$ 50,35 juta.
"Ini peluang menuju pasar yang lebih besar," ujar Nus dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (30/11/2014).
Dia menjelaskan, pertumbuhan ini digerakkan oleh pertumbuhan populasi, kenaikan pendapatan per kapita, dan booming-nya industri pariwisata di kawasan Timur Tengah.
UEA kini masih menduduki posisi ke-19 sebagai negara tujuan ekspor produk makanan olahan. Dalam lima tahun terakhir, nilai ekspor produk makanan olahan ke UEA mengalami tren pertumbuhan positif sebesar 9,23 persen.
"Nilai ekspor makanan olahan ke UEA pada periode Januari-Agustus 2014 mencapai angka US$ 35,29 juta dan tumbuh 9,62 persen dibandingkan periode yang sama setahun lalu," tandas dia. (Dny/Ahm)
RI Incar Pasar Makanan Uni Emirat Arab
Konsumsi makanan di kawasan Timur Tengah terus melonjak seiring pertumbuhan populasi, kenaikan pendapatan dan industri pariwisata bertumbuh.
Advertisement