Sukses

Harga Minyak Jatuh, Saham Garuda Indonesia Terbang

Harga minyak dunia tertekan berdampak positif untuk harga saham PT Garuda Indonesia Tbk dalam jangka pendek.

Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) yang menghasilkan keputusan tidak memangkas produksi minyak pada pekan lalu terus menekan harga minyak. Mengawali pekan ini, harga minyak Brent terjun ke level US$ 68,15 per barel.

Harga minyak Brent telah turun lebih dari 40 persen sejak Juni 2014. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 2,1 persen menjadi US$ 64,74 per barel.

Harga minyak tertekan ini sepertinya membawa berkah ke pasar modal. Tengok saja pergerakan saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) pada Senin (1/12/2014). Berdasarkan data RTI pukul 10.42 WIB, harga saham GIAA naik 6,12 persen menjadi Rp 520 per saham.

Harga saham GIAA berada di level tertinggi Rp 520 dan terendah Rp 490 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 597 kali dengan volume perdagangan 151.702 lot. Nilai transaksi harian saham mencapai Rp 7,8 miliar.

Sejumlah analis menilai, penguatan harga saham GIAA didorong harga minyak melemah. Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, harga minyak anjlok cukup dalam memberikan sentimen positif saham PT Garuda Indonesia Tbk. Hal itu mengingat sebagian besar biaya operasional Garuda Indonesia untuk avtur.

"Maka kalau harga minyak turun maka jadi positif untuk saham Garuda Indonesia," ujar David saat dihubungi Liputan6.com.

Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee pun sepakat mengenai hal tersebut. Biaya bahan bakar menjadi hal terpenting dalam industri penerbangan. "Sekitar 50 persen COGS datang dari bahan bakar. Bahan bakar yang turun menguntungkan industri penerbangan. Industri ini sangat dipengaruhi bahan bakar," ujar Hans.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rekomendasi Saham Garuda Indonesia

Rekomendasi Saham Garuda Indonesia

David menilai, penguatan saham PT Garuda Indonesia Tbk ini hanya sementara. Oleh karena kinerja perseroan masih rugi. Rugi perseroan tercatat naik 528 persen menjadi US$ 204,65 juta hingga kuartal III 2014 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 32,58 juta.

Meski demikian, pendapatan usaha perseroan naik tipis 4,26 persen menjadi US$ 2,8 miliar pada kuartal III 2014 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,68 miliar. Kinerja cukup tertekan ini dipicu dari beban usaha operasional penerbangan naik 17,41 persen menjadi US$ 1,87 miliar.

David pun merekomendasikan netral untuk saham PT Garuda Indonesia Tbk. Dalam riset PT KDB Daewoo Securities menyebutkan, memang sentimen minyak dapat mendorong harga saham Garuda Indonesia. Oleh karena itu, stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan penumpang menjadi faktor lebih penting untuk melihat kinerja Garuda Indonesia ke depan.

Sedangkan Hans menilai, harga minyak akan konsolidasi di kisaran US$ 60-US$ 75 untuk cukup lama. Dengan sentimen itu maka kinerja harga saham Garuda Indonesia membaik.

Selain itu, musim liburan pada akhir tahun juga akan menguntungkan PT Garuda Indonesia Tbk mengingat permintaan tiket meningkat sehingga sentimennya positif.

Hans merekomendasikan, buy on weakness di level Rp 480-Rp 500. Area cut loss saham di Rp 455. "Target harga Rp 630-Rp 670," ujar Hans.
Sentimen harga minyak tertekan berdampak positif ke sejumlah sektor saham. Hal itu mengingat bahan bakar minyak menjadi elemen penting untuk biaya operasional perusahaan. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini