Sukses

BPK Laporkan Dugaan Penyelewengan Suntikan Modal Bank Mutiara

BPK melaporkan dugaan penyelewengan penambahan modal PT Bank Mutiara Tbk sebesar Rp 1,25 triliun oleh Dewan Komisioner LPS.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan dugaan penyelewengan penambahan modal PT Bank Mutiara Tbk sebesar Rp 1,25 triliun oleh Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada 23 Desember 2013.

Ketua BPK, Harry Azhar mengungkapkan, hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan bahwa proses penambahan modal oleh LPS belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

"Terdapat pengelolaan kredit oleh manajemen Bank Mutiara yang diduga tidak sesuai dengan ketentuan. Bank Mutiara juga tidak menyampaikan posisi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)," ujar dia di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (2/12/2014).

Pelaporan KPMM ini tentu harus sesuai dengan kondisi yang sebenarnya pada laporan keuangan publikasi pada Juni sampai dengan November tahun lalu.

Selain itu, diakui Harry, penanganan Bank Mutiara oleh LPS belum sepenuhnya efektif. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya restrukturisasi dan penyaluran kredit tidak sesuai peraturan perbankan, pelaporan kolektibilitas kredit atas penjualan direksi Bank Mutiara tidak sesuai ketentuan. Serta pelaporan posisi KPMM tidak sesuai ketentuan yang berlaku dan implementasi good corporate governance masih lemah.

"Kami juga menemukan proses penanganan Bank Mutiara oleh LPS melalui penambahan modal senilai Rp 1,25 triliun belum mempertimbangkan alternatif lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yakni menutup Bank Mutiara," papar Harry.

Sementara menurut Anggota BPK, Achsanul Qosasi, temuan-temuan terhadap penambahan suntikan dana tersebut diserahkan ke parlemen. Dan hasilnya tergantung pada DPR terkait tindaklanjut dari temuan itu.

"Kalau ini mau dilanjutkan lagi, silakan karena itu sudah menjadi wewenang parlemen, jadi kami tidak ikut campur ke sana," jelasnya.

Dia mengaku, penambahan suntikan modal Rp 1,25 triliun yang tidak sesuai ketentuan berasal dari pengelolaan kredit lama korporasi terhadap pemilik lama yang sudah menunggak hampir 12 bulan.

"Sehingga pada waktu itu pun rentabilitas Bank Mutiara jadi kurang. Makanya disuntik lagi Rp 1,25 triliun. Dalam waktu dekat dalam audit plan di 2015, kami akan memeriksa terhadap proses divestasi Bank Mutiara," tandas Achsanul. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.