Sukses

Meneropong Plus Minus Saham Bakrie di Pasar Modal RI

Sejumlah analis menilai, saham Bakrie cenderung tertekan karena terkena sentimen seperti kurang pelaksanaan good corporate governance.

Liputan6.com, Jakarta - Saham Bakrie kini kembali menuai perhatian menjelang akhir 2014. Apalagi setelah lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's menurunkan peringkat kredit utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) jangka panjang dan skala ASEAN menjadi default dari Selective Default (SD).

Berdasarkan data RTI pukul 10.16 WIB, saham PT Bumi Resources Tbk turun 4,94 persen menjadi Rp 77 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 1.614 kali dengan volume perdagangan saham 1.190.528. Nilai transaksi harian sahamnya mencapai Rp 9,3 miliar. Harga saham BUMI sempat berada di level tertinggi Rp 82 dan terendah Rp 75 per saham.

Saham BUMI ini telah anjlok sekitar 73 persen dari Rp 300 pada penutupan perdagangan saham 30 Desember 2013 menjadi Rp 81 pada perdagangan saham Rabu 3 Desember 2014. Sejumlah sentimen negatif mulai dari harga batu bara yang terus tertekan dan penyelesaian utang Bumi Resources ini memberikan pengaruh ke gerak harga sahamnya.

Tak hanya saham Bumi Resources yang harganya di bawah Rp 100. Dari 11  perusahaan yang terkait grup Bakrie yang tercatat di bursa, ada lima saham yang harganya Rp 50.

Harga saham Bakrie ini cenderung tertekan karena sejumlah sentimen negatif. Sejumlah analis menilai, harga saham Bakrie merosot karena kurangnya pelaksanaan good corporate governance di grup tersebut. Hal itu membuat kepercayaan investor berkurang.

"Saham grup Bakrie ini kalau dilihat memang tertekan karena kurangnya tingkat kepercayaan investor," ujar Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (4/12/2014).

Hal senada dikatakan Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee. Ia menuturkan, kurangnya pelaksanaan GCG juga mempengaruhi saham Bakrie. "Grup Bakrie ini lebih terkena sentimen saja. Apalagi keterlibatan arb di politik," ujar Hans.

Meski demikian, Hans yakin harga saham Bakrie dapat kembali menguat. Hal itu mengingat manajemen PT Bumi Resources Tbk yang sedang melakukan restrukturisasi utang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Saham Bakrie Sentuh Harga Rp 50

Saham Bakrie Sentuh Harga Rp 50

Dari 11 perusahaan yang terkait grup Bakrie, ada sejumlah saham Bakrie yang harganya menyentuh level Rp 50. Saham-saham itu antara lain PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP).

Saham-saham ini menyentuh level Rp 50 sebagian besar mulai dari 2012. Sedangkan saham PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk masuk level Rp 50 sejak akhir 2013. Penurunan harga saham ini dipengaruhi sejumlah sentimen mulai dari utang, gugatan investor dan karena bisnis yang sedang lesu. Salah satunya dialami PT Bakrie Telecom Tbk.

Saham BTEL telah menyentuh level Rp 50 sejak akhir 2012.  Sejak 29 Oktober 2014, otoritas bursa pun telah menghentikan sementara perdagangan saham BTEL karena ada permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang oleh PT Netwave Multi Media.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya mengatakan, saham BTE masuk ke level Rp 50 karena adanya gugatan dari investor asing. Ditambah bisnis CDMA sekarang sedang lesu.

"Bisnis CDMA tidak tumbuh signifikan. Flexi saja sudah mau dijual oleh Telkom. Jadi ini tantangan bagi manajemen BTEL untuk tumbuh. Yah salah satu dengan beli saham FREN," ujar William.

Menurut William, sejumlah saham Bakrie lain dapat sentuh Rp 50. Akan tetapi hal itu masih terlalu jauh. Mengingat ada sejumlah faktor yang dapat mendukung kinerja perusahaan grup Bakrie. "Pasti ada kemungkinan (sentuh Rp 50), tetapi itu terlalu jauh. Sekarang bagaimananya cara mereka meningkatkan kepercayaan investor," kata William.

3 dari 3 halaman

Saham Bakrie Melejit Sepanjang 2014

Saham Bakrie Melejit Sepanjang 2014

Walau ada lima saham Bakrie yang sentuh level Rp 50, ada saham lainnya yang naik signifikan sepanjang 2014. Salah satunya PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS). Saham Bakrie di sektor tambang ini juga naik 66,33 persen sepanjang 2014.

Saham BRMS naik menjadi Rp 331 per saham pada perdagangan saham Rabu 3 Desember 2014. Di sepanjang 2014, saham BRMS sentuh level tertinggi Rp 435 dan terendah Rp 187 per saham. 

Saham BRMS merupakan juga aset yang digunakan PT Bumi Resources Tbk untuk menyelesaikan utang China Investment Corporation (CIC) melalui mekanisme debt-to-equity swap senilai US$ 1,35 miliar. Total saham BRMS yang dilepas sebanyak 10,73 miliar atau setara dengan 42 persen.

Selain itu, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Saham ENRG naik sekitar 44,29 persen menjadi Rp 101 per saham. Saham ENRG menyentuh level tertinggi Rp 119 per saham dan terendah Rp 67 per saham.

Tak hanya itu saja, saham Bakrie di sektor media juga menorehkan kenaikan signifikan. Saham PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) menguat 64 persen ke level Rp 451 per saham pada penutupan perdagangan saham Rabu 3 Desember 2014. Saham VIVA berada di level tertinggi Rp 481 per saham dan terendah Rp 196 per saham sepanjang 2014.

Lalu saham Bakrie di sektor media yang baru tercatat di pasar modal tak mau ketinggalan. Saham PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) mendaki 55,80 persen je level Rp 2.150 per saham pada 2014. (Ahm/igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.