Sukses

5 Sebab yang Bikin Rupiah Terus Jeblok

Terdapat kombinasi sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus anjlok belakangan ini. Apa saja kelima faktor tersebut?

Liputan6.com, Jakarta- Dalam sepekan terakhir nilai tukar rupiah tercatat terus anjlok. Hingga awal pekan ini, nilai tukar rupiah bahkan menyentuh level terendah sejak November 2008 di kisaran 12.600 per dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, Senin (15/11/2014), nilai tukar rupiah tercatat melemah 1,04 persen ke level 12.597 pada perdagangan pukul 9.05 waktu Jakarta. Sebelumnya nilai tukar rupiah anjlok parah hingga menyentuh level 12.610 per dolar AS.

Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah kian menyusut terhadap dolar, antara lain penguatan dolar hingga spekulasi perusahaan lokal yang melakukan aksi beli dolar sebelum akhir tahun.

Sejumlah investor asing tercatat telah menarik dana hingga Rp 10,09 triliun dari obligasi berdenominasi rupiah bulan ini sejak 11 Desember.

Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandi menjelaskan, terdapat kombinasi sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus menurun.

"Faktor pertama yaitu data ekonomi AS yang semakin membaik dan memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya lebih cepat dari perkiraan," ungkap Eric saat dihubungi Liputan6.com.

Kekhawatiran akan penguatan dolar AS karena peningkatan data ekonomi Faktor lain menurut Eric yaitu perputaran uang atau Great Rotation di mana dana asing yang berendar kembali masuk ke Amerika Serikat menjelang akhir tahun.

Dua sentimen tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh pada pergerakan rupiah belakangan ini. Selain itu, faktor berikutnya adalah kebutuhan dolar yang meningkat di akhir tahun.

"Kebutuhan dolar di akhir tahun dari korporasi lokal juga aliran dana yang berkaitan dengan penjualan obligasi belakangann ini tampak memberatkan rupiah," ungkap Chief Trader Asian and Emerging Markets di Mizuho Bank Ltd, Shigehisa Shiroki.

Menurutnya, nilai tukar rupiah kini benar-benar berada di bawah tekanan. Eric juga menjelaskan, faktor keempat adalah persepsi pasar saat rupiah menembus level tertentu yang dengan cepat memicu aksi beli dolar.

"Namun mendekati natal dan akhir tahun, transaksi dolar akan berkurang karena sudah banyak pelaku pasar yang berlibur," tuturnya.

Faktor kelima yang menekan nilai tukar rupiah adalah defisit transaksi berjalan yang terbilang masih cukup besar. Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan sebesar US$ 6,8 miliar di kuartal ketiga dan Bank Indonesia berharap adanya penurunan defisit sebesar US$ 24 miliar sepanjang tahun ini.

"Kalau dilihat dari nilai fundamentalnya, seharusnya rupiah masih berada di kisaran 12.000-12.200 per dolar AS," ungkap Eric.

Di tengah kondisi ini, BI diprediksi akan mulai melakukan intervensi dan mengambil tindakan untuk menahan rupiah melemah lebih jauh. Terlebih lagi saat ini, nilai tukar rupiah melemah melampaui nilai fundamentalnya.

Hal ini tentu saja memicu market panic, tapi tak akan lama dan rupiah dapat segera berbalik.

Eric awalnya memprediksi nilai tukar rupiah dapat bertahan di kisaran 12.200 per dolar AS di akhir tahun. Tapi dengan sejumlah faktor tersebut, nilai tukar rupiah masih akan terperosok lebih jauh ke kisaran 12.500-12.700 per dolar AS selama sepekan ke depan. (Sis/Nrm)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.