Sukses

Menteri BUMN Harap Sofyan Basir Bebaskan PLN dari Utang

Sofyan Basir, yang sebelumnya menjabat sebagai Bos Bank BRI telah resmi menjadi Dirut PLN yang baru,

Liputan6.com, Jakarta - Sofyan Basir, yang sebelumnya menjabat sebagai Bos PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) telah resmi menjadi Direktur Utama PT PLN (Persero).

‎Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengaku yang menjadi tantangan Sofyan yang untuk dapat diselesaikan adalah pengelolaan utang perseroan yang saat ini sudah sangat besar, mencapai Rp 471 triliun.

‎"Betul, PLN punya utang besar, kedepan salah satu tantangannya bagaiamana memange itu dengan baik, ataupun bagaimana mencari pembiayaan proyek PLN ke depan," kata Rini di Gedung Kementerian BUMN, Selasa (23/12/2014).

Dengan latar belakang Sofyan yang telah lama berkiprah di sektor perbankan, dengan memimpin PLN, maka hal itu diyakini akan sangat membantu menyehatkan utang PLN tersebut.

Tidak hanya itu, tantangan yang diberikan oleh Rini yaitu mengenai pengelolaan sumber daya manusia yang lebih berkualitas‎ dari sebelumnya, mengingat tuntutan PLN harus mengaliri listrik seluruh wilayah Indonesia pada 2020.

‎"Kami harapkan program ke depan meningkatkan kemampuan SDM di PLN dapat ditingkatkan seperti dilakukannya di BRI‎," tegas Rini.

Mengacu pada laporan keuangan PLN per 30 September 2014, utang bank dan surat utang jangka panjang mencapai Rp 70,7 triliun, naik 6,42 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 66,4 triliun. Utang obligasi tercatat naik tipis menjadi Rp 81,2 triliun dari Rp 81 triliun.

Utang jangka panjang jatuh tempo dalam setahun PLN hingga kuartal III 2014 berupa utang bank dan surat utang jangka menengah mencapai Rp 14,6 triliun dari sebelumnya Rp  8,3 triliun. Utang obligasi tercatat mencapai Rp 1,5 triliun dari sebelumnya Rp 2,8 triliun.

Secara keseluruhan, jumlah liabilitas jangka panjang PLN mencapai Rp 381,5 triliun, naik dari kuartal III 2013 sebesar Rp374,3 triliun. Liabilitas jangka pendek tercatat mencapai Rp 89,4 triliun dari sebelumnya Rp 88,3 triliun.

Rasio utang PLN terhadap ekuitas yang telah melebihi 250 persen membuat perseroan sulit meraih pinjaman. Padahal, kebutuhan belanja modal (capital expenditure/Capex) yang mencapai R p50 triliun setiap tahun, sebanyak 50 persen diperoleh dari utang.

Adapun, total liabilitas PLN mencapai Rp 471,06 triliun dari sebelumnya Rp 462,64 triliun. Sedangkan ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 150,2 triliun dari sebelumnya Rp 133,23 triliun. (Yas/Ndw)‎

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.