Sukses

Semarang Punya Pasar Neo Tradisionalis

Pemerintah Pusat tidak akan berjalan jika Pemda tidak bekerja dengan sungguh-sungguh

Liputan6.com, Semarang - Kota Semarang akhirnya memiliki pasar tradisional yang berpenampilan modern. Walikota Semarang, Hendrar Prihadi memberikan julukan pasar tersebut dengan neo tradisional.

Perubahan karakter pasar tradisional menjadi tradisional modern ini diharapkan akan menjadi inspirasi perubahan menuju ke arah yang lebih maju. Hal itu disampaikan Hendi usai peresmian dan pembukaan Pasar Bulu Semarang, Selasa (30/12/2014).

Hendrar Prihadi juga membeberkan laporan pembangunan kota Semarang di tahun 2014. Dijelaskan bahwa pada tahun 2014 ini ada beberapa pembangunan yang telah selesai dilakukan.

"Mulai dari pembangunan jalan, pembangunan Taman Pandanaran, BRT koridor tiga, dan yang akan kami resmikan sebentar lagi Pasar Bulu," kata Hendi.

Dalam peresmian ini hadir pula menteri Perdagangan Rachmat Gobel. Usai menggunting pita sebagai tanda peresmian, Menteri Perdagangan berpesan agar keberadaan pasar bulu menjadi etalase penjualan produk lokal.

"Pesan saya semoga pasar ini bisa mengedepankan produk-produk lokal, jangan perdagangkan barang impor, begitu juga barang tidak ber SNI," kata Rachmad.

Dengan tidak menjual produk impor menurutnya akan mendukung dan ikut mempromosikan produk lokal.

"Penjual batik, jamu, beras lokal butuh dukungan itu," kata Rachmat.

Dalam sambutanya Rachmat Gobel menyatakan kedatangannya  bukan untuk meresmikan Pasar Bulu. Dia ke kota Semarang untuk berterimakasih kepada pemerintah daerah.

Menurutnya, Pemerintah Pusat tidak akan berjalan jika Pemda tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.  "Jika pemdanya tidak bekerja pasti pasar ini tidak jadi  bersih seperti sekarang," kata Rachmat.

Menurutnya Pasar Bulu merupakan perwujudan satu dari 5.000 pasar yang akan didirikan pemerintahan Jokowi. Pembangunan pasar bulu sendiri sudah dimulai tahun 2012, jauh sebelum Jokowi jadi Presiden.

Total anggaran yang dihabiskan sebesar Rp 67, 8 miliar. Sebagai pasar tradisional modern dilengkapi dengan dua eskalator. Terdiri dari tiga lantai, dimana lantai pertama untuk sembako, lantai kedua untuk daging,  dan ketiga pusat grosir gerabah. (Edhie Prayitno Ige/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.