Sukses

Ternyata Bukan Cuma Harga Minyak Dunia yang Anjlok

Harga minyak dunia terus turun hingga sempat menyentuh level terendah sejak 2009. Tapi ternyata komoditas lain juga menjadi semakin murah

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia terus turun hingga sempat menyentuh level terendah sejak 2009. Namun ternyata minyak bukan satu-satunya komoditas yang harganya semakin murah di pasar global.

Mengutip laman CNBC, Rabu (7/1/2015), harga komoditas global seperti nikel hingga minyak sayur, bahkan kayu dan gula juga ikut menurun. Itu lantaran perekonomian dunia kehilangan momentumnya.

Penurunan permintaan komoditas di pasar global memberikan alasan mengapa hampir semua komoditas mulai dari minyak mentah hingga kain menjadi semakin murah belakangan ini.

Meski memang, beberapa harga komoditas lain meningkat. Keterbatasan pasokan lokal terus mendorong harga minyak naik di beberapa lokasi di dunia.

Biaya transportasi juga memiliki dampak besar pada harga komoditas lokal. Di Amerika Serikat misalnya, kekeringan di California membuat harga sayur dan produk pangan lain mencuat tahun lalu.

Beberapa komoditas pangan lain seperti daging sapi dan ayam juga mengalami kenaikan harga akibat meningkatnya jumlah penduduk kelas menengah di negara berkembang.

Tapi harga global bagi sebagian besar harga komoditas memang tengah mengalami penurunan sejak masa Great Recession. Saat ini, ada ketakutan bahwa jatuhnya harga-harga komoditas di negara dengan ekonomi yang melambat seperti Eropa dan Jepang dapat memperpanjang masa deflasi.

Terlebih lagi jika deflasi terjadi saat harga konsumen atas barang olahan jatuh dalam jangka waktu panjang.

Banyak tekanan penurunan harga datang dari turunnya harga minyak yang terus merosot sejak pertengahan Juni lalu. Hal itu mengingat berbagai produsen di seluruh dunia membutuhkan minyak.

Tak seperti penurunan harga sebelumnya saat OPEC langsung memangkas produksi, kini organisasi tersebut tetap mempertahankan volume produksinya.

Pekan ini turunnya harga minyak dunia juga membuat para investor mulai ketar-ketir. Tapi beberapa analis mengatakan, penurunan harga tersebut sebagai kabar baik bagi perekonomian global yang tengah berjuang meraih momentumnya.

"Ada deflasi yang baik dan deflasi yang buruk. Harga minyak yang lebih murah merupakan hal yang positif bagi ekonomi AS, Chima dan Eropa. Kondisi itu menstimulasi pertumbuhan ekonomi wilayah masing-masing," ungkap David Kelly, Chief Global Strategist di J.P. Morgan Funds.

Saat ini memang masih belum jelas, seberapa jauh lagi harga minyak akan turun. Meski memang akan membutuhkan waktu yang cukup panjang agar kembali stabil.

Kelly berharap turunnya harga minyak dapat meningkatkan permintaan dan mengimbangi volume produksi yang ada. Dia berharap harga minyak dapat kembali ke kisaran US$ 80 per barel dalam waktu dua tahun ke depan. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.