Sukses

Harga Minyak Terpukul Keputusan Raja Baru Arab Saudi

Harga minyak merosot gara-gara Raja baru Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz Al Saud memastikan tak akan memangkas produksi

Liputan6.com, New York - Harga minyak merosot di tengah spekulasi wafatnya Raja Abdullah dari Arab Saudi tidak akan sinyal perubahan dalam strategi dari negara pengekspor minyak mentah terbesar di dunia tersebut.

Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (24//205), Salman Bin Abdulaziz Al Saud, sang raja baru yang menggantikan Abdullah memastikan akan mempertahankan kebijakan pendahulunya. Kerajaan tidak akan memangkas produksi minyak untuk meningkatkan harga karena produsen lain akan mengisi kekosongan akibat pemotongan itu.

Harga minyak telah terpangkas hingga 36 persen sejak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 27 November lalu sepakat untuk mempertahankan tingkat produksi 30 juta barel per hari di tengah banjir yang disebabkan melimpahnya produksi shale gas dan shale oil di Amerika Serikat (AS).

Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun US$ 72 sen menjadi US$ 45,59 per barel di New York Mercantile Exchange, turun 6,4 persen sepanjang minggu ini.

Bebeda dengan WTI,  harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Maret naik US$ 27 sen atau 0,6 persen menjadi US$ 48,79 per barel di ICE Futures Europe exchange setelah naik ke US$ 49,8 per barel. 

Menteri Perminyakan Saudi Ali Al-Naimi, yang memimpin pertemuan OPEC pada November lalu untuk mempertahankan pangsa pasar dari gempuran shale gas dan shale oil AS, tetap dalam jabatannya.

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS naik 10,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 16 Januari. Laporan Badan Administrasi Informasi Energi  mencatat kenaikan ini merupakan yang terbesar sejak Maret 2001. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini