Sukses

ExxonMobil Cetak Untung Besar Saat Harga Minyak Ambruk

Di tengah ambruknya harga minyak dunia, perusahaan minyak terbesar di AS ExxonMobil tercatat masih mampu mencetak untung besar

Liputan6.com, New York - Saat ini merupakan waktu yang sulit bagi hampir seluruh perusahaan minyak di dunia. Bagaimana tidak, harga minyak telah merosot sekitar 60 persen sejak pertengahan Juni tahun lalu karena lemahnya permintaan.

Sementara pada saat yang sama, dunia terus memproduksi lebih banyak minyak dari kebutuhan masyarakat. Akibatnya, harga minyak sulit naik dan perusahaan-perusahaan minyak harus mengeluarkan biaya ekstra untuk memproduksi setiap barel minyak dan mempertahankan laba.

Tapi seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (3/2/2015), perusahaan minyak terbesar di Amerika Serikat (AS) ExxonMobil justru melaporkan keuntungan hingga US$ 6,5 miliar atau setara Rp 82 triliun (kurs: Rp 12.616 per US$) selama tiga bulan hingga Desember 2014. Itu merupakan periode di mana harga minyak tengah anjlok parah.

Meski memang, laba tersebut berada di bawah keuntungan yang dicetaknya pada periode yang sama di 2013 sebesar US$ 8,3 miliar. Artinya, meski untungnya tetap tinggi, tapi jumlahnya jauh berkurang dibandingkan periode sebelumnya.

Laba senilai US$ 6,5 miliar diperoleh saat harga minyak bertengger di level US$ 73 per barel. Sementara untung US$ 8,3 miliar dicetak saat harga minyak dijual seharga US$ 97 per barel tahun sebelumnya.

Jadi jatuhnya laba Exxon sebesar 21 persen senada dengan ambruknya harga minyak sebesar 25 persen. Sementara itu, pada saat yang sama, para pesaing Exxon semakil kesulitan mencetak untung.

Tengok saja laba Chevron kuartal akhir di 2014 yang merosot hingga 30 persen. Lalu ConocoPhillips yang menanggung rugi [ada periode yang sama.

Sementara itu British Petroleum (BP) baru akan melaporkan pendapatan perusahaan besok, dengan kemungkinan penurunan lantaran perusahaan tengah berada dalam masalah.

Ambruknya harga minyak saat ini dapat mendorong merger antara BP dan Exxon meski itu masih terlalu dini untuk dibahas. Banyak orang merasa ini merupakan siklus tahunan yang normal dalam bisnis di sektor minyak.

"Exxon masih sangat kuat dan dapat melakukan akuisisi besar sebelum harga minyak kembali naik. Ini merupakan waktu untuk menjadi lebih besar, dan Exxon punya kemampuan melakukannya," terang analis di Oppenheimer Fadel Gheit. (Sis/Ndw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini