Sukses

Ekonomi RI Diprediksi Jauh di Bawah Target Pemerintah

Kepala Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi RI di kuartal IV 2014 sebesar 4,92 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih menantikan pengumuman data realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV dan sepanjang 2014 yang rencananya akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pagi ini (5/2/2015). Ekonom memperkirakan ekonomi negara ini hanya mampu bertumbuh di bawah dari target pemerintah dalam asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 sebesar 5,5 persen.

Kepala Ekonom PT Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV tahun lalu sebesar 4,92 persen dibanding periode yang sama 2013. Sementara dibanding kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi di periode tiga bulan terakhir 2014 merosot menjadi minus 1,35 persen.

"Jadi pertumbuhan ekonomi secara tahunan atau di 2014 akan berada pada level 5,09 persen," ujar dia seperti dikutip pada Kamis (5/2/2015).

Prediksi Lana tersebut melambat signifikan dari asumsi makro ekonomi yang diketok dalam APBN-P 2014 yang sebesar 5,5 persen. Lana menjelaskan, sektor pendorong pertumbuhan ekonomi antara lain, sektor manufaktur, listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor properti.

Terpisah, Kepala Ekonomi Bank Internasional Indonesia (BII) Juniman meramalkan realisasi pertumbuhan ekonomi negara ini lebih pesimistis ketimbang Lana. Perkiraannya, pertumbuhan ekonomi RI hanya di level 5,06 persen di 2014. Secara year on year antara kuartal IV 2014 dibanding kuartal IV 2013, pertumbuhan ekonomi menyentuh angka 4,9 persen.

"Sumbangannya dari konsumsi masyarakat sebesar 5 persen atau melambat dari realisasi kuartal III 2014 sebesar 5,4 persen. Perlambatan ini karena ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga inflasi melonjak," ujar dia.

Sementara kontribusi belanja pemerintah, lanjut Juniman, turun dari 4,4 persen di triwulan III menjadi 3,2 persen di triwulan II tahun lalu. Alasannya, karena pemerintah habis-habisan menghemat anggaran. "Sedangkan investasi tidak ada perbedaan dengan kuartal sebelumnya hanya 4,2 persen atau naik tipis dari 4 persen di kuartal III," tutur dia.

Kegiatan ekspor dan impor, katanya, mengalami tekanan karena harga komoditas dan minyak dunia sangat rendah. Ekspor di kuartal IV menyumbang minus 0,4 persen atau terkontraksi dari sebelumnya 0,7 persen. Dan impor mengalami perlambatan mengingat kebijakan penyesuaian harga BBM subsidi yang berpengaruh terhadap volume dan nilai impor.

"Lalu investasi juga melambat karena pengusaha wait and see mengingat Joko Widodo resmi dilantik sebagai Presiden, jadi ada tren kehati-hatian. Tren ini akan berlanjut di kuartal I 2015 sehingga perlu melihat regulasi yang dibuat pemerintah, seperti PTSP dan lainnya," tukas Juniman. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.