Sukses

Pertamina Tak Ingin Harga Solar Turun, Ini Tanggapan Pemerintah

Plt Dirjen Migas Kementerian ESDM, Nyoman Wiratmaja menuturkan, perhitungan harga BBM harus berdasarkan evaluasi harga selama sebulan.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan perhitungan harga Bahan bakar Minyak (BBM) harus berdasarkan evaluasi harga patokan minyak dalam waktu sebulan.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), I Nyoman Wiratmaja mengatakan, penentuan perubahan harga BBM  tidak hanya berdasarkan patokan Mean of Platts Singapore (MOPS) hari ini, tetapi berdasarkan perhitungan evaluasi harga dalam sebulan.

"Kalau hitung sehari tidak bisa, hitung sebulan. Storage sebulan," kata Wiratmaja, di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/2/2015).

Menurut Wiratmaja, perubahan harga BBM harus didiskusikan dengan beberapa instasi, karena itu ia belum bisa menyebutkan harga BBM khususnya jenis solar naik dan turun pada pertengahan Februari.

"Kita tunggu rapat. Nanti kita tunggu diskusinya, ya. Bukan wewenang saya," tutur Wiratmaja.

Wiratmaja mengakui, saat ini MOPS mengalami sedikit kenaikan, namun kenaikannya masih di bawah angka US$ 60. "Tren naik, rebound, pelan-pelan. Masih di bawah 60. MOPS naik sedikit, tapi tidak tajam. Masih di bawah 60," jelasnya.

Harga minyak mentah AS ditutup di atas US$ 51 per barel seiring data yang menunjukkan potensi stok mencapai rekor di Cushing, Oklahoma pada penutupan Kamis (Jumat pagi WIB). Harga minyak mentah berjangka AS untuk Maret naik US$ 2,37 atau 4,85 persen menjadi US$ 51,21 per barel. Harga minyak Brent berjangka naik US$ 2,39 atau 4,37 persen menjadi US$ 57,05 per barel setelah turun 3 persen.

PT Pertamina (Persero) menginginkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis  solar bersubsidi tidak turun pada pertengahan bulan Februari 2015.
Direktur Pemasaran PT Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, keinginan tersebut didasari oleh kenaikan harga acuan BBM (Mean of Platts Singapore /MOPS) dan menguatnya kurs dolar terhadap rupiah.

"Harga minyak dunia sekarang  sudah naik ke U$ 57 per  barel dan kurs Rp 12.800 per dolar. Mestinya tidak (turun harga)," ungkap Ahmad.

Ahmad menambahkan, saat ini pihaknya masih menghitung dampak kenaikan dua komponen pembentuk harga BBM tersebut.

"Masih dihitung. Poinnya adalah harga solar kemarin rugi, apalagi jika MOPS dan dollar naik. Masak malah diminta diturunkan?," ujar Ahmad. (Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.