Sukses

Krisis Yunani dan Data AS Cerah Kembali Tekan Rupiah

Rupiah ternyata tak mampu bertahan lama di teritorial positif pada perdagangan Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Sempat menguat di awal pekan, rupiah ternyata tak mampu bertahan lama di teritorial positif. Hantaman faktor eksternal serta persepsi negatif dari para pelaku pasar membuat rupiah kembali bergerak melemah pada perdagangan hari ini.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (17/2/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,08 persen ke level 12.763 per dolar AS. Sebelumnya nilai tukar rupiah juga dibuka sangat tipis di level 12.755 per dolar AS.

Di sesi awal perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah tampak berfluktuasi melemah dan masih berkutat di kisaran 12.749 - 12.772 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 15 poin ke level 12.757 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menguat ke level 12.742 pada perdagangan sebelumnya

Pengamat valuta asing PT Bank Mandiri Tbk, Renny Eka Putri menjelaskan, pelemahan yang terjadi pada rupiah pagi ini disebabkan sentimen eksternal yang kurang positif.

"Krisis Yunani yang mencuat membuat euro kembali tertekan. Kemarin meski hari libur untuk peringatan President's Day, tapi diprediksi dolar AS akan bergerak menguat karena positifnya data-data ekonomi yang akan dirilis," ujar Renny saat berbincang dengan Liputan6.com.

Renny menjelaskan, data-data ekonomi AS seperti indeks perumahan hingga kelanjutan pernyataan The Fed terkait kenaikan suku bunga yang kemungkinan dilakukan pertengahan tahun ini. Meski Bank Indonesia memprediksi neraca perdagangan surplus, tapi hantaman faktor global tercatat masih lebih kuat.

"Sentimen eksternal masih mendominasi dan tidak kuat menopang Rupiah untuk tetap berada di teritorial positif," tutur Renny.

Renny juga menyinggung kisruh yang masih terjadi antara Kepolisian RI (Polri) dan Komisi Pemberantasan Ekonomi (KPK). Meski tak signifikan, kisruh tersebut cukup mencuri perhatian para investor dan pelaku pasar lain.

"Investor melihat kondisi itu sebagai pergerakan negatif, karena mereka memandangnya sebagai risiko terhadap rupiah. CUkup membentuk persepsi negatif dari para investor bahwa kondisi di Tanah Air sedang tak kondusif," paparnya.

Sepekan ke depan, Renny memprediksi rupiah masih akan melemah dan berkutat di kisaran 12.727 - 12.800 per dolar AS. (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini