Sukses

Harga Beras Tinggi, Mendag Gelar Operasi Pasar di Hari Libur

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel bersama Menteri Koperasi AA Puspayoga menggelar operasi pasar beras di dua lokasi di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Harga beras di pasar tradisional urung turun meski Perum Bulog menggelontorkan beras melalui operasi pasar langsung ke konsumen. Stok beras di pasar induk pun menipis sehingga harga beras kian melambung.

Guna meredam tingginya harga beras, Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel bersama Menteri Koperasi AA Puspayoga menggelar operasi pasar beras ke dua lokasi di Jakarta.  Operasi pasar ini dilakukan Minggu pagi (22/2/2015).

Dari pantauan Liputan6.com, Rachmat Gobel ini akan menyambangi rumah susun ‎Penjaringan, Jakarta Utara dan pasar Pondok Bambu, Jakarta Timur. ‎Sejak pukul 6.30 WIB, empat petugas Perum Bulog sudah menyusun beras premium dan medium yang akan dijual pada warga rusun dan non rusun.

Puluhan warga, mayoritas kaum Ibu sudah mulai antre untuk membeli beras Bulog dengan kupon. "Iya saya mau beli 5 kg saja beras medium, tapi pakai kupon. Nunggu Pak Menteri dulu," ujar Sri Kartiah, Warga rusun Penjaringan, Jakarta Utara kepada Liputan6.com.

Sebelumnya,‎ Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan, harga beras di pasar tradisional masih melambung tinggi karena suplai beras dari hasil panen belum terserap pedagang. Di samping itu, suplai Bulog terbatas.

"Tapi kami sudah rapat dengan Bulog dan mereka sudah siap melakukan operasi pasar mulai hari ini. Mereka operasi pasar menggunakan kendaraan bantuan TNI langsung ke kantung-kantung konsumen untuk menekan harga di tingkat konsumen," jelas dia.

Melihat kondisi harga beras yang tak kunjung turun meski sudah ada intervensi pasar, Sofyan menuturkan, karena pedagang ingin mem-bully Bulog. Bulog diperingatkan pedagang untuk tidak bermain-main dengan cara operasi pasar.

"Mungkin juga jumlah yang disuplai Bulog nggak banyak, cuma bikin telinga gatal sehingga operasi pasar Bulog belum berfungsi. Selain itu, pasar beras tidak sehat," ujar dia.  

Menurut Sofyan, pemerintah harus tetap mengimpor beras sebagai jalan keluar meningkatkan suplai beras di pasar. Namun dia belum menyebut kebutuhan impor beras.  

"Saya tetap meyakini kita harus mengimpor kalau misal suplai di dalam negeri kurang. Angkanya belum, tapi yang penting target swasembada kan bukan tahun ini. Perlu impor karena kita harus menjaga inflasi dan beras salah satu komponen paling penting," tegas dia. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.