Sukses

Jusuf Kalla Biarkan Pedagang Timbun Beras

Jusuf Kalla mengatakan, kekurangan stok beras terjadi karena petani baru mulai menanam di musim hujan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menegaskan kenaikan harga beras di pasar bukan disebabkan karena penimbunan atau permainan para mafia beras. Kondisi ini murni karena masalah teknis pendistribusian beras, terutama beras miskin (raskin).

"Tidak ada hubungannya dengan penimbunan," tegas Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) saat Rakor Ketahanan Pangan di kantornya, Jakarta, Senin (23/2/2015).

Dia pun mengaku, melambungnya harga beras yang disebabkan karena kurangnya stok beras tersebut bukan akibat ulah mafia beras. Karena mafia beras dipastikan tidak ada. "Ah tidak ada itu (mafia beras). Hanya orang dagang yang biasa timbun-timbun. Nanti juga biar rugi sendiri, kami turunkan harga," ucapnya.

Jusuf Kalla mengatakan, kekurangan stok beras terjadi karena petani baru mulai menanam di musim hujan. Di samping itu, ada masalah teknis dalam penyaluran raskin.

"Ada masalah administrasi selama 3 bulan terakhir ini, raskin yang harusnya sudah keluar 500 ribu ton lebih, baru keluar 140 ribu ton. Jadi ada kurang pasokan," ujar dia.

Atas dasar itu, Jusuf Kalla menugaskan Perum Bulog mendistribusikan raskin 300 ribu ton bulan ini kepada rakyat yang membutuhkan sepanjang tahun ini. Dari catatannya, stok raskin di gudang Bulog tinggal tersisa setengah juta ton beras.

Dengan upaya ini, dia yakin harga beras akan turun. Namun penurunan tersebut harus memikirkan nasib petani agar tidak merugi. Pemerintah saat ini fokus pada stabilisasi harga beras di pasar.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog telah menggelar operasi pasar beras untuk kembali menstabilkan harga beras yang tak kunjung turun. Harga beras yang dijual Bulog jauh lebih murah daripada di pasar tradisional karena langsung menyasar konsumen.

Menteri Perdagangan (Mendag), Rachmat Gobel menuturkan, operasi pasar merupakan upaya pemerintah dalam menekan tingginya harga beras untuk sementara waktu. Pemerintah ingin menyentuh masyarakat, dan sengaja mengurangi stok ke pedagang.

"‎Operasi pasar ini langkah jangka pendek menstabilkan harga beras, sekira 1-2 bulan. Sudah mulai terasa dampaknya karena kami langsung ke pemukiman padat. Stok ke pedagang besar memang dikurangi," ujar dia kepada wartawan saat Operasi Pasar di Ruman Susun Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (22/2/2015).

Direktur Utama Perum Bulog, Lenny Sugihat menambahkan, untuk operasi pasar hari ini, pihaknya menggelontorkan sekira 5 ton beras yang cukup dibagikan 800 orang. Pihaknya telah menggelar operasi pasar sejak 16 Februari lalu.

"Sampai kapannya tergantung pak Mendag. Tapi akan terus dilakukan jika harga sudah dinilai stabil karena tujuannya kan itu," papar Lenny.

Dia mengatakan, saat ini operasi pasar sudah berlangsung di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi mengingat harga beras di daerah tersebut sangat tinggi hingga menembus dalam kisaran Rp 9 ribu sampai Rp 11 ribu per kg. Sementara di daerah lain, harga beras cukup stabil. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini