Sukses

Isu The Fed Buat Rupiah Tertekan ke Level 12.900 per Dolar AS

Isu kenaikkan suku bunga The Fed kembali membuat dolar menguat dan menekan rupiah hingga ke kisaran 12.900 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tidak sebaik perkiraan awal ternyata tidak mampu menahan penguatan dolar AS. Nilai tukar dolar AS terus menguat menanti hasil pertemuan Bank Sentral AS (The Fed) yang kemungkinan besar akan memberikan sinyal akan rencana kenaikan suku bunga acuan. Akibat penguatan dolar AS tersebut, rupiah terus tertekan hingga mendekati level Rp 13.000 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (24/2/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah kembali menyentuh kisaran Rp 12.900 per dolar AS. Rupiah dibuka melemah di level Rp 12.866 per dolar AS, nilai tukar AS terus menunjukkan pelemahan.

Nilai tukar rupiah tertekan 0,54 persen ke level Rp 12.904 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:46 waktu Jakarta. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah tercatat masih bergerak di kisaran Rp 12.855 per dolar AS hingga Rp 12.922 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) melemah ke level Rp 12.866 per dolar AS. Sebelumnya nilai tukar rupiah sempat melemah di kisaran Rp 12.813 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, sentimen yang mempengaruhi nilai tukar rupiah saat ini lebih kepada sentimen dari eskternal atau dari luar negeri. Pasar pasar masih menanti pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen. Sebagian investor melihat bahwa kemungkinan besar The Fed akan segera menaikkan suku bunga acuan sehingga mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi beli dolar dan akibatnya dolar semakin menguat.

"Akhir kuartal ini, nilai tukar rupiah dapat menembus level Rp 13.000 per dolar AS yang lebih disebabkan faktor global seperti pemilihan umum di Spanyol hingga data ekonomi AS," terangnya.

Namun sebenarnya, jika melihat dari sisi fundamental, rupiah seharusnya masih bergerak di kisaran Rp 12.400 per dolar AS hingga Rp 12.700 per dolar AS. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2014 mencatat surplus sebesar US$ 2,4 miliar. Surplus NPI tersebut ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial sebesar US$ 7,8 miliar yang melampaui defisit transaksi berjalan sebesar US$ 6,2 miliar.

Surplus NPI triwulan IV-2014 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari US$ 111,2 miliar pada akhir triwulan III 2014 menjadi US$ 111,9 miliar pada akhir triwulan IV 2014.

Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 6,4 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional. Pada Januari 2015, posisi cadangan devisa kembali meningkat menjadi US$ 114,2 miliar.

"Kalau faktor global itu kan semua hanya persepsi. Jika berdasarkan faktor fundamental seharusnya rupiah bergerak menguat ada faktor psikologis yang juga ikut berpengaruh," pungkasnya. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini