Sukses

Rupiah Terpuruk Gara-gara Pemerintah & BI Gagal Atasi Masalah Ini

Tak hanya sentimen global, namun faktor internal juga membuat rupiah terus melemah.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terahir menunjukkan tren pelemahan. Selama ini, banyak kalangan mengungkapkan pelemahan tersebut diakibatkan adanya sentimen-sentimen global terutama terkait rencana pengurangan stimulus Bank Sentral The Fed.

Tidak hanya itu saja, ‎CORE Indonesia (Center of Reform on Economics) dalam kajiannya menyatakan, pelamahan rupiah kuat diakibatkan juga karena pengaruh dalam negeri Indonesia sendiri. Terutama meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan.‎

Dikutip dari kajian CORE Indonesia, neraca transaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit sejak tahun 2012. Berbagai jurus yang telah ditempuh oleh Pemerintah maupun BI masih belum dapat mengatasi masalah ini.

Surplus pada perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas dalam beberapa bulan terakhir pun belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja transaksi berjalan.

Meskipun defisit pada sektor jasa dan sektor migas juga menjadi pendorong defisit neraca transaksi berjalan, sebenarnya penyumbang defisit terbesar adalah neraca pendapatan primer.

Pada tahun 2014 lalu, neraca pendapatan primer mengalami defisit hingga mencapai US$ 27 miliar, melebihi defisit pada transaksi berjalan secara keseluruhan yang mencapai US$ 26 miliar. Sayangnya, belum banyak usaha  yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja neraca pendapatan primer.

‎Penyumbang terbesar defisit pendapatan primer adalah besarnya pembayaran investasi, baik investasi langsung, investasi portofolio, maupun investasi lainnya.

Setiap US$ 1 miliar investasi asing yang tertanam di Indonesia dalam satu tahun (2010-2014) sebanding dengan US$ 12 miliar yang ke luar negeri, yang merupakan hasil keuntungan investasi asing yang kembali ke negara asal, pembayaran bunga utang luar negeri, dll.

Di antara komponen pendapatan investasi tersebut, defisit pendapatan investasi langsung menyumbang hampir 64 persen dari defisit neraca pendapatan primer.

Seperti diketahui, data valuta asing Bloomberg, Selasa (24/2/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah kembali menyentuh kisaran Rp 12.900 per dolar AS. Rupiah dibuka melemah di level Rp 12.866 per dolar AS, nilai tukar AS terus menunjukkan pelemahan.

Nilai tukar rupiah tertekan 0,54 persen ke level Rp 12.904 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:46 waktu Jakarta. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah tercatat masih bergerak di kisaran Rp 12.855 per dolar AS hingga Rp 12.922 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) melemah ke level Rp 12.866 per dolar AS. Sebelumnya nilai tukar rupiah sempat melemah di kisaran Rp 12.813 per dolar AS. (Yas/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini